SOLOPOS.COM - Pelepasan balon menandai peluncuran aplikasi pemesanan online Boyolali Taksi dan Sakura Taksi di Kantor Indosat Ooredoo Purwosari Solo, Senin (27/2/2017). (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Transportasi Solo, sopir angkuta di Kota Bengawan resah karena terus merugi.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah sopir angkutan umum perkotaan (angkuta) di Kota Solo menilai kerja sama yang dibangun perusahaan taksi lokal dengan penyedia aplikasi pemesanan taksi online bakal merugikan mereka terutama jika sampai taksi menurunkan tarif.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ketua Koperasi Angkuta Trans Roda Sejati (TRS), Triyono, mengatakan penurunan tarif taksi lokal yang menggunakan aplikasi online jelas berpengaruh terhadap kelangsungan moda transportasi umum lain. Dia menyebut taksi akan semakin diminati masyarakat setelah menerapkan tarif murah.

Triyono khawatir masyarakat kelas menengah ke bawah yang selama ini menjadi konsumen utama angkuta akan beralih minat menggunakan taksi dengan tarif murah. “Kami jelas khawatir jika teman-teman taksi lokal sampai menurunkan tarif penumpang setelah bekerja sama dengan penyedia aplikasi pemesan taksi online. Moda transportasi umum kan punya pangsa sendiri-sendiri. Ketika tarif penumpang taksi jadi murah, otomatis semakin diminati masyarakat, termasuk pelanggan dan konsumen angkuta,” kata Triyono menanggapi rencana PT Gelora Taksi yang bakal menjajal layanan Go-Car, Jumat (4/8/2017). (Baca juga: Pakai Aplikasi Go-Car, Tarif Taksi Gelora Turun)

Ekspedisi Mudik 2024

Triyono menyebut tidak menjadi masalah bagi sopir angkuta jika perusahan taksi lokal bekerja sama dengan penyedia aplikasi pemesanan taksi online tapi tanpa menurunkan tarif. Dengan begitu, pangsa penumpang taksi dan angkuta masih bisa dibedakan.

Dia menuturkan taksi yang menerapkan tarif lebih tinggi atau mahal ketimbang angkuta tetap menyasar kalangan menengah ke atas. Triyono mengklaim keberadaan layanan taksi online UberX (mobil) selama ini juga telah berpengaruh terhadap penurunan pendapatan sopir angkuta meski tidak terlalu signifikan.

“Selama ini kan beberapa taksi di Solo sudah bekerja sama dengan penyedia aplikasi Grab. Hal itu tidak menjadi masalah bagi kami karena mereka tetap memberlakukan tarif sama seperti sebelumnya. Kemunculan layanan Uber kemudian yang juga memengaruhi pendapatan kami. Mereka diminati masyarakat karena menawarkan tarif murah. Teman-teman taksi lokal yang paling dirugikan. Jangan sampai sekarang taksi lokal yang merugikan sopir angkuta,” jelas Triyono.

Triyono berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Solo segera turun tangan mengatur sistem layanan transportasi umum di Solo agar kembali kondusif. Dia juga menagih janji Pemkot menertibkan pengemudi ojek online Go-Jek yang masih nekat melayani penumpang.

Menurut Triyono, keberadaan Go-Jek sangat berpengaruh terhadap pendapatan sopir angkuta. Dia menyebut, sopir angkuta meminta Pemkot menjamin pengemudi Go-Jek hanya melayani pemesanan makanan.

Bendahara Koperasi Angkutan Bersama Satu Tujuan (BST), Aryadi, juga khawatir jika para pengemudi taksi lokal Solo menerapkan tarif murah kepada penumpang setelah bekerja sama dengan penyedia aplikasi pemesanan taksi online.

Dia menilai pendapatan sopir angkuta pasti terpengaruh setelah banyak pengemudi taksi yang mulai menurunkan tarif. Aryadi berharap Pemkot bisa memberikan subsidi kepada para sopir angkuta agar tidak lagi terbebani pendapatan dari penumpang.

“Kami dari pengurus koperasi berharap pemerintah menyediakan subsidi. Kami ingin bisa dijadikan seperti PT BST [Batik Solo Trans]. Armada feeder biar dikelola koperasi dan sopir diberi gaji. Dengan adanya gaji atau subsidi, kami tentu bisa bekerja lebih maksimal,” jelas Aryadi.

General Manager (GM) PT Gelora Taksi, Taka Ditya, mengakui penerapan tarif murah taksi lokal akan berdampak pada kehidupan operasional moda transportasi umum lainnya. PT Gelora Taksi terpaksa mengizinkan para mitra pengemudi menurunkan tarif setelah melayani penumpang dengan memanfaatkan aplikasi Go-Jek juga sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah yang tidak kunjung menertibkan operasional angkutan sewa khusus ilegal.

“Tarif murah ini sebenarnya sudah kami khawatirkan dampak sosialnya terhadap moda transportasi lain. Kami paham penerapan tarif murah ini nantinya tidak selaras dengan kebijakan Pemkot yang tengah mengembangkan layanan feeder dan BST. Dengan segala hormat kami menjalankan kebijakan itu untuk menjawab tantangan angkutan ilegal yang tidak segera ditertibkan,” jelas Taka.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya