SOLOPOS.COM - Aplikasi Android Go-Jek (istimewa)

Transportasi Solo, persaingan ojek online dengan konvensional makin masif.

Solopos.com, SOLO–Persaingan jasa transportasi antara ojek berbasis aplikasi dengan konvensional semakin masif terjadi di Kota Bengawan. Jumlah pelanggan jasa transportasi ojek berbasis aplikasi semakin bertambah. Sementara, driver ojek konvensional merasakan jumlah penumpang mereka tergerus setelah kemunculan ojek online.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu driver ojek berbasis aplikasi online di Solo mengaku bisa meraup pendapatan ratusan ribu rupiah setiap hari. Pria berinisial NPK itu bisa melayani penumpang hingga lima orang per hari. Jumlah tersebut cukup lumayan mengingat dia masih bekerja secara freelance.

Hingga saat ini, menurutnya, jumlah penumpang terus bertambah setiap hari. Beberapa bulan sebelumnya, dia hanya mendapatkan penumpang beberapa orang per hari.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sekarang masyarakat sudah tahu ojek berbasis aplikasi online dan peningkatan peminatnya cukup bagus. Bagi kami tahap awal ini target jumlah penumpang tidak menjadi prioritas, tetapi lebih pada rating di masyarakat,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (14/7/2016).

Dia mengakui Pemerintah Kota (Pemkot) Solo memang belum mengakui keberadaan ojek online. Bahkan, ojek konvensional menyatakan penolakan terhadap keberadaan ojek online. Dia pun tetap waspada dalam menjalankan setiap aktivitasnya menjadi driver ojek online.

“Rasa waswas tetap ada karena belum semuanya menerima. Tetapi saya inginnya pemerintah jangan menutup bisnis ojek online karena di satu sisi bisa memberikan lapangan pekerjaan buat kami. Peraturannya juga harus diperjelas dan pemerintah harus bisa mengakomodasi semua kepentingan,” harapnya.

Sementara, Pengamat Sosiologi Perkotaan, Akhmad Ramdhon, menilai kehadiran ojek berbasis online didasari banyaknya persoalan transportasi umum di perkotaan. Ojek online itu ingin melayani kebutuhan transportasi masyarakat.
Menurutnya, Pemkot Solo harus segera bertindak menyikapi munculnya transportasi berbasis teknologi tersebut. Apalagi, keberadaannya sempat menimbulkan gesekan kecil dengan ojek pangkalan.

“Ojek online ini hadir merespons minimnya transportasi kota yang belum memadai. Pemerintah harus memetakan agenda untuk dibahas tentang regulasi transportasi yang mamu mengadaptasi perubahan transportasi yang inovatif semacam ini. Pemerintah tidak harus mengambil langkah menunggu datangnya konflik,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Kamis.

Menurutnya, ojek online juga berkembang karena kebutuhan pasar. Dia menilai konflik transportasi tersebut sering dipicu masalah pola sharing pendapatan. Oleh sebab itu, Pemkot harus menyusun formula agar mampu mengakomodasi seluruh kepentingan yang ada di dalamnya.

Sementara, Kepala Dishubkominfo Solo, Yosca Herman Soedrajad, menegaskan bahwa Pemkot Solo tetap menolak keberadaan ojek online. Namun demikian, dia juga tidak membenarkan keberadaan ojek konvensional.

“Ojek semuanya di dalam undang-undang enggak ada peraturannya. Yang ada adalah transportasi yang selama ini  kendaran angkutan umum seperti taksi dan semacamnya. Jika ada orang yang berpihak kepada ojek dan ojek online itu salah besar,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis.

Dia akan mengambil langkah tegas untuk menertibkan keberadaan ojek tersebut. Namun demikian, yang berhak untuk menghukum adalah dari kepolisian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya