SOLOPOS.COM - Ilustrasi moda transportasi berbasis aplikasi alias angkutan online. (gmanetwork.com)

Sejumlah driver Gocar mengaku mendapat banyak order fiktif dan pesan bernada ancaman selama aksi mogok atau offline aplikasi.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pengemudi taksi online Gocar di aplikasi Gojek mengaku banyak mendapat order fiktif dan pesan bernada ancaman selama aksi mogok atau offline aplikasi massal di Soloraya. Aksi mogok tersebut akan berlangsung hingga Minggu (11/3/2018).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seorang pengemudi taksi online, TN, 32, menceritakan ikut mogok atau offline aplikasi Gojek karena terpaksa. Dia takut mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari kelompok pengemudi taksi online yang menginisiasi aksi mogok massal layanan Gocar. Apalagi, kata TN, para pengemudi taksi online telah mendapat peringatan.

Dia mengatakan pada Rabu (7/3/2018) lalu, pengemudi taksi Gocar menerima banyak order fiktif. Di dalam tampilan order fiktif tersebut terdapat kalimat bernada mengancam meminta pengemudi off. Dia meyakini order fiktif dilakukan para pengemudi yang berinisiatif melakukan aksi offline aplikasi.

“Info lur, mulai nanti malem sampai Minggu off dulu lur nekat bantai,” kata TN membacakan kalimat dalam tampilan order fiktif yang dinilai bernada mengancam, Jumat (9/3/2018).

Baca:

TN diwawancarai Solopos.com sambil mengendarai mobilnya. TN adalah pengemudi taksi online yang datang setelah Solopos.com memesan layanan taksi online lewat aplikasi Grab. Dia mengklaim sebelumnya memakai aplikasi Gojek juga.

Namun, karena mendapati banyak order fiktif yang bahkan berisi nada ancaman, TN memutuskan ikut offline aplikasi Gojek. Sementara itu, pengemudi taksi online lainnya, SG, 43, memilih nekat menghidupkan aplikasi Gojek. Dia sebenarnya juga khawatir dengan adanya pesan bernada mengancam saat menerima order fiktif.

Namun, karena terdesak kebutuhan hidup, SG akhirnya memutuskan tetap online dengan aplikasi Gojek. Dia menyebut hingga Jumat siang, order fiktif masih saja datang ketika dirinya mengaktifkan layanan Gocar. Bahkan order fiktif yang datang tersebut jumlahnya tergolong sangat banyak, jauh dibandingkan jumlah order sungguhan pada hari biasa.

SG mencontohkan pada Rabu maupun Kamis (8/3/2018) lalu, dirinya mendapat lebih dari 50 order fiktif dalam sehari. Padahal pada hari biasa, untuk mendapatkan order 16 sebagai syarat memperoleh bonus harian tertinggi saja sudah susah sekali.

Dia menyebut dalam situasi bom order atau banjir order pada Rabu dan Kamis lalu, dirinya hanya bisa mendapatkan 9 order sungguhan. SG menyebut capaian itu lebih baik daripada tidak mendapatkan order sama sekali jika ikut mematikan aplikasi Gojek sebagai wujud penolakan atas kebijakan PT Gojek Indonesia yang telah melakukan penyesuaian jumlah target dan nominal bonus harian.

“Imbauan untuk tidak beroperasi seharusnya memggunakan kalimat yang tidak terkesan mengancam seperti itu. Lebih baik pengemudi dibebaskan untuk memilih keputusan masing-masing mau tetap on-bid atau off-bid. Saya termasuk yang memilih untuk tetap aktif, tetapi masalahnya tidak mungkin mencapai kinerja yang ditetapkan karena banyaknya order fiktif. Jadi kondisinya sekarang adalah terjadi hujan dan badai order fiktif. Dalam satu hari driver bisa memperoleh lebih dari 50 order fiktif,” jelas SG yang merupakan pengemudi taksi online yang datang setelah Solopos.com memesan layanan taksi Gocar, Jumat.

Pengemudi taksi Kosti yang memanfaatkan aplikasi pemesanan taksi online, Pramono, memutuskan ikut mematikan aplikasi Gojek sebagai bentuk solidaritas atas aksi serentak offline aplikasi yang diinisiasi para pengemudi taksi online. Meski demikian, dia tetap bekerja.

Pramono kini menjaring penumpang dengan memanfaatkan aplikasi Grab dan secara manual seperti dulu. Dia mengaku memutuskan ikut aksi mogok massal aplikasi Gojek bukan karena merasa terancam oleh pihak tertentu.

“Saya tidak menghidupkan aplikasi Gocar sampai hari Minggu ini. Saya lihat teman-teman lain di Kosti juga sama. Menurut pantauan saya, kira-kira yang masih on-bid, tidak lebih dari 10 pengemudi taksi Kosti dengan memanfaatkan layanan Gocar. Sedangkan 190 pengemudi lainnya memutuskan off-bid. Kami tidak terpaksa, tapi karena ingin menunjukkan solidaritas saja,” terang Pramono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya