SOLOPOS.COM - Ilustrasi moda transportasi berbasis aplikasi alias angkutan online. (gmanetwork.com)

Para perempuan pengemudi taksi online menceritakan pengalaman mereka berhadapan dengan penumpang.

Solopos.com, SOLO — Saat itu pukul 04.00 WIB, gawai Dwi Handa berdering. Dering gawainya itu dari aplikasi Uber. Ada calon penumpang yang memesan jasa layanan taksi online.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tanpa ba bi bu, wanita tersebut langsung menyambar gawainya dan menerima pesanan tersebut. Lokasi penumpang sudah diketahui, dia lantas menelepon calon penumpang tersebut untuk memastikan pesanan.

Setelah menutup telepon tanda pesanan terkonfirmasi, Handa menghidupkan mesin mobilnya dan tancap gas menjemput calon penumpang tersebut. Setelah sampai di tempat penjemputan dan memersilakan penumpangnya masuk mobil, Handa menyadari penumpangnya tersebut tengah mabuk.

Ada rasa waswas dalam hati Handa. “[Penumpangnya] Maunya muter-muter di Solo, enggak mau pulang. Bahkan sempat ngajakin ke Semarang,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di sela acara Silaturahmi Perhimpunan Pengemudi Online Solo Raya di Nasmoco Ring Road, Jumat (27/10/2017) malam.

Merasa terancam, Handa menghubungi pengemudi taksi online lain untuk mengawal dirinya. Setelah diajak mengobrol dan dibujuk berulang kali yang cukup memakan waktu, penumpang mabuk tersebut akhirnya mau diantar pulang.

“Sering juga penumpang laki-laki kaget ternyata sopirnya cewek. Ada juga penumpang cewek yang senang waktu saya antar karena merasa ada teman mengobrol,” sambung dia.

Handa adalah salah satu pengemudi taksi online berbasis aplikasi di Solo. Dia juga bergabung dalam Srikandi Uber, komunitas perempuan pengemudi taksi online di Solo. Menurutnya, menjadi seorang wanita tidak menjadi halangan bagi dia.

Hal itu karena para pengemudi taksi online di Solo sangat solid menjaga keselamatan satu sama lain. “Jadi merasa terproteksi. Karena ada teman-teman di belakang saya yang siap melindungi,” sambung dia.

Hal yang cukup menarik adalah Handa cukup sering beroperasi saat malam hari mulai pukul 24.00 WIB hingga 08.00 WIB. Jika ada pesanan untuk penumpang ke luar kota saat malam hari, dia meminta kawan pengemudi taksi online lain untuk menemani perjalanan di belakang. Hal itu cukup membuatnya merasa aman dalam perjalanan.

Dalam sehari, Handa mengatakan rata-rata mendapatkan penghasilan sekitar Rp300.000 dari taksi online. Pekerjaan utamanya dulu sebagai penjual produk kosmetik kini ia kesampingkan dan ia memilih pengemudi taksi online sebagai pekerjaan utama.

Perasaan sama dirasakan oleh anggota Srikandi Uber lain, Lia Lasista. Sebagai salah satu perempuan pengemudi taksi online, Lia tidak merasa waswas karena dia berkoordinasi dengan pengemudi taksi online lain dalam grup Whatsapp.

Bendahara Perhimpunan Pengemudi Taksi Online Solo Raya (PPOSR) ini cukup merasa terproteksi dengan kesolidan para pengemudi taksi online. “Misal kalau ada sesuatu apa pun, saya bisa berkirim kabar ke dalam grup. Pasti mereka akan merespons dan merapat jika ada sesuatu. Jadi saya merasa aman karena kami, sudah seperti saudara,” kata dia.

Lia menambahkan saat ini ada sekitar 30 perempuan pengemudi taksi online yang tergabung dalam Srikandi Uber. Komunitas tersebut terbentuk untuk merekatkan hubungan para perempuan pengemudi taksi online.

Zona Merah

Lia mendukung keputusan PPOSR untuk tidak menjemput penumpang sejumlah lokasi yang mereka sebut sebagai zona merah. Zona merah tersebut seperti stasiun, bandara, dan terminal. Hal itu untuk menghargai para sopir taksi konvensional yang masih mengandalkan tempat tersebut untuk mencari penumpang.

“Bagi saya, haram hukumnya menjemput penumpang di zona merah. Kalau kebetulan ada yang memesan taksi online ke saya, penumpang tersebut akan saya arahkan memesan taksi konvensional. Saya yakin yang namanya rezeki enggak bakal tertukar. Kalau mengantarkan ke zona tersebut sih masih bisa,” sambung dia.

Per hari, Lia mengaku mendapatkan penghasilan sekitar Rp300.000. Sebuah angka yang cukup lumayan sebagai ibu rumah tangga. “Sangat fleksibel. Saya masih bisa menjemput anak, mengantarkan dia les, dan mengurus mereka. Suami saya yang awalnya tidak setuju saya gabung menjadi pengemudi taksi online, kini dia juga bergabung menjadi pengemudi taksi online,” tambah dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya