SOLOPOS.COM - BRT Trans Jateng. (Twitter.com-@perhubunganjtg)

Transportasi Semarang yang dilengkapi BRT Trans Jateng membuat terjadinya impitan jalur antara dua moda angkutan umum setara, yakni BRT Trans Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Pengamat transportasi dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) Alfa Narendra mengingatkan pentingnya penataan ulang sistem transportasi umum di Kota Semarang, seiring hadirnya Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng. “Sesuai konsepnya sebagai angkutan aglomerasi, Trans Jateng hanya melalui jalan nasional dan provinsi. Jangka panjang nanti akan ada 5-10 koridor baru,” katanya saat dihubungi Kantor Berita Antara dari Semarang, Senin (7/8/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat ini, kata dia, Trans Jateng sudah membuka satu koridor, yakni Koridor I yang melayani Stasiun Tawang-Terminal Bawen, Kabupaten Semarang yang diluncurkan sejak 7 Juli 2017 atau sudah satu bulan beroperasi. Di sisi lain, BRT Trans Semarang yang dioperasikan Pemerintah Kota Semarang sudah memiliki Koridor II yang melayani Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang, sehingga memang ada rute yang saling berimpitan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ya, memang harus diatur ulang. Ingat, konsepnya menggeser, bukan menggusur. Misalnya, Trans Semarang tidak lagi melewati jalan nasional atau provinsi, tetapi melayani jalur-jalur perkotaan,” katanya.

Meski ada rute saling berimpitan yang dilayani operator berbeda, kata dia, semestinya Trans Jateng dan Trans Semarang tidak akan bergesekan karena dua moda itu sama-sama mementingkan pelayanan, bukan omzet. “Makanya, kedua moda transportasi massal itu masih disubsidi,” kata Alfa yang tengah menyelesaikan program doktoralnya di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan konsentrasi bidang transportasi itu.

Akan tetapi, diakuinya, penataan sistem transportasi, terutama dua moda transportasi massal itu, yakni BRT Trans Jateng dan BRT Trans Semarang harus dilakukan, termasuk dengan angkutan umum lainnya, seperti angkutan kota. “Kalau sistemnya ditata baik, pasti baik. Misalnya, TransJateng lewat jalan nasional dan provinsi, TransSemarang melayani perkotaan, sementara angkot hanya melayani jalur-jalur ranting,” katanya.

Yang jelas, ia mengatakan sampai sekarang ini masih banyak wilayah di Kota Semarang yang belum terlayani angkutan umum sehingga menjadi kesempatan bagi angkot untuk masuk di kawasan-kawasan permukiman. Untuk angkot, kata dia, memang harus lebih fleksibel pengaturannya, yakni tidak didasarkan jalur-jalur tertentu, tetapi berdasarkan kebutuhan transportasi masyarakat di kawasan-kawasan permukiman padat penduduk.

“Jadi, pengaturannya harus menyeluruh. Mulai Trans Jateng, Trans Semarang, hingga angkutan umum lainnya. Tidak bisa hanya diatur parsial. Sekarang ini, kawasan permukiman di Kota Semarang kan berkembang pesat,” pungkasnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya