SOLOPOS.COM - Penumpang berdesakan di dalam BRT Trans Semarang. (Instagram-@transsemarang)

Transportasi massal Kota Semarang diramaikan wacana perlunya moda transportasi baru berbasis rel, light rail transit.

Semarangpos.com, SEMARANG — Moda transportasi berbasis rel, light rail transit (LRT), diwacanakan melengkapi alat tranportasi Kota Semarang demi mengatasi kepadatan kendaraan di ibu kota Jawa Tengah itu. Namun, wacana itu ditepis kalangan legislator di DPRD Kota Semarang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kalangan legislator di DPRD Kota Semarang justru meminta eksekitif di pemerintah kota setempat fokus memaksimalkan Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang ketimbang mengembangkan wacana membangun moda transportasi baru yang biaya pembangunannya pun tak akan cukup jika hanya ditanggung dengan APBD kota setempat tersebut.

Ekspedisi Mudik 2024

“Seperti transportasi berbasis rel, light rapid transit (LRT) atau mass rapid transit (MRT), sepertinya belum mendesak dibangun di Semarang,” tegas Wakil Ketua DPRD Kota Semarang Joko Santoso di Kota Semarang, Jateng, Minggu (31/12.2017).

Politikus Partai Gerindra itu mengingatkan Pemerintah Kota Semarang sudah memiliki BRT Transsemarang yang selama ini bisa diandalkan sebagai moda transportasi massal. Moda transportasi itu semestinya dikembangkan sehingga mencapai hasil lebih maksimal.

Kalaupun mau membangun sistem transportasi LRT atau MRT, kata dia, perlu kajian yang mendalam untuk merealisasikannya, mengingat kebutuhan anggarannya yang tidak sedikit untuk membangun infrastruktur dan modanya. “Kecuali, jika pengguna angkutan umum yang sudah ada luar biasa. Artinya, sudah tidak memenuhi lagi. Bolehlah dibangun LRT atau sejenisnya. Sementara ini kan memang belum mendesak dibangun,” katanya.

Ia mengatakan keberadaan BRT Trans Semarang sangat efektif sebagai moda transportasi massal jika memang dikembangkan dan dikelola secara serius untuk menjangkau seluruh wilayah permukiman yang ada di Kota Semarang. Selain itu, Joko mengatakan pengembangan BRT Trans Semarang pun harus dilakukan secara menyeluruh dengan pembenahan moda-moda transportasi yang sudah ada, seperti angkutan umum dijadikan feeder (pengumpan).

“Lebih baik memaksimalkan angkutan umumnya dulu untuk dijadikan feeder. Efeknya, angkutan umum itu bisa maksimal menjangkau sampai permukiman warga, kemudian diumpan ke selter-selter Trans Semarang,” katanya. Oleh karena itu, kata dia, sebaiknya Pemkot Semarang fokus untuk pengembangan BRT Trans Semarang, apalagi tahun depan direncanakan untuk penambahan dua koridor baru moda transportasi massal tersebut.

Sebelumnya, pakar transportasi Universitas Katolik Soegijapranta Semarang Djoko Setijowarno juga menyarankan untuk memaksimalkan BRT Trans Semarang ketimbang membangun sistem transportasi baru, seperti LRT. “Bandung dan Surabaya saja yang sudah memiliki perencanaan matang untuk LRT sejak lima tahun lalu saja sekarang ini belum apa-apa, apalagi Semarang. Biayanya kan juga besar sekali untuk membangun LRT,” katanya.

Senada, Djoko juga melihat perlunya keberadaan angkutan feeder dengan memanfaatkan keberadaan angkutan kota (angkot) untuk pengumpan masyarakat yang ada di kawasan permukiman dengan halte Trans Semarang terdekat.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya