SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengisian bahan bakar gas (BBG) ke bus rapid transit (BRT). (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Transportasi Semarang mulai memanfaatkan bahan bakar gas (BBG) seiring uji coba penggunaan bahan bakar jenis baru itu bagi 25 BRT Trans Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG — Penggunaan bahan bakar gas (BBG) mulai diterapkan di alat transportasi angkutan massal di Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak 25 unit bus rapid transit (BRT) Trans Semarang segera dipasangi peranti konverter untuk uji coba konversi dari bahan bakar minyak (BBM) ke BBG.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Yang memasang nanti dari Pemerintah Jepang, kami hanya sebagai users [pengguna],” aku Pelaksana Tugas Kepala Badan Layanan Umum Trans Semarang Ade Bhakti di Kota Semarang, Jateng, Rabu (24/1/2018).

Ia menjelaskan Pemerintah Kota Toyama, Jepang, sudah melakukan survei terhadap armada BRT Trans Semarang yang memungkinkan dipasangi alat konversi BBG itu. Uji coba konversi BBM ke BBG di alat transportasi umum Kota Semnarang itu diawali dengan armada BRT Trans Semarang di Koridor I.

Konversi dari BBM ke BBG untuk armada BRT Trans Semarang itu, kata dia, sebagai upaya pengurangan emisi gas buang seiring dengan beberapa program bidang energi kerja sama Jepang dengan Pemerintah Kota Semarang. Program itu, kata dia, merupakan upaya dari negara-negara maju untuk membantu negara berkembang dalam menurunkan tingkat emisi gas buang kendaraan, salah satunya Jepang dengan Pemkot Semarang.

“Semua armada kemarin sudah disurvei, tetapi kemungkinan yang akan dipasangi alat itu [konverter] baru di Koridor I. Kami punya 25 unit BRT Trans Semarang yang melayani koridor itu,” katanya.

Ia mengatakan nantinya di setiap unit BRT Trans Semarang yang melayani Koridor I itu akan ada dua macam bahan bakar yang bisa digunakan, yakni BBM jenis solar yang merupakan bahan bakar biasanya dan BBG. Selanjutnya, kata dia, BLU Trans Semarang akan secara konsisten memantau kadar emisi gas buang dari armada BRT Trans Semarang itu dengan melakukan pengecekan di masing-masing koridor secara berkala.

“Kami secara berkala melakukan pengecekan emisi gas buang armada BRT Trans Semarang. Ya, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat tentunya dengan meminimalkan tingkat emisi,” katanya.

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi beberapa waktu lalu juga bertemu dengan perwakilan dari Pemerintah Kota Toyama, Jepang untuk menindaklanjuti nota kesepahaman bidang energi. Setidaknya ada tiga program kerja sama energi, kata Hendi—sapaan akrab Hendrar Prihadi, yakni konversi BBM ke BBG pada BRT Trans Semarang, pembangunan solarcell di sekolah, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) mikrohidro.

Untuk konversi bahan bakar BRT Trans Semarang sebagai program pertama, kata politikus PDI Perjuangan itu, pihak Toyama sudah melaksanakan survei di Koridor I Transsemarang sebagai proyek percontohan konversi solar ke gas. “Sebagai uji coba tahap pertama akan ada 25 unit BRT yang akan dilakukan upaya penggantian BBM ke BBG. Dites dulu seberapa manfaatnya, misalnya polusi berkurang, tenaga bus berkurang atau tidak,” katanya.

Apabila uji coba sukses, kata dia, konversi solar ke gas bisa diterapkan ke koridor-koridor selanjutnya, seperti Koridor II, Koridor III, dan lainnya yang memiliki rute dengan kondisi jalur menanjak.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya