SOLOPOS.COM - Armada bus rapid transit aglomerasi Trans Jateng berderet di Terminal Bus Bawen, Kabupaten Semarang, Jateng, Jumat (7/7/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Transportasi Jateng yang didukung BRT Trans Jateng dinilai tak mengganggu Trans Semarang yang telah beroperasi terlebih dahulu.

Semarangpos.com, SEMARANG — Badan Layanan Umum (BLU) Trans Semarang menyatakan operasional armadanya di lapangan tidak terganggu dengan pengoperasian Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ya, memang ada beberapa catatan dari personel kami di lapangan, tetapi secara umum tidak masalah,” kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala BLU Trans Semarang Ade Bhakti di Kota Semarang, Jumat (7/7/2017).

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah baru saja meluncurkan BRT Trans Jateng Koridor I yang melayani rute Stasiun Tawang Semarang ke Terminal Bawen di Kabupaten Semarang pergi-pulang. Operasional BRT Trans Jateng di Koridor I itu memiliki rute yang berimpitan dengan BRT Trans Semarang yang sebelumnya sudah melayani rute Terminal Terboyo-Sisemut, Kabupaten Semarang di Koridor II.

Ade mengakui pada operasional perdana Trans Jateng sempat ada beberapa persoalan, antara lain, parkir bus di awal keberangkatan Stasiun Tawang belum ada yang mengarahkan. “Petugas Trans Jateng belum hafal rute yang akan dilewati sehingga masih bingung kalau ada penumpang yang bertanya,” kata Ade.

Padahal, kata dia, petugas Trans Semarang yang ditempatkan di halte yang sama juga belum mengetahui sehingga disarankan gambar rute bisa ditempelkan di shelter-shelter transit, yakni Tawang, Balai Kota, dan RS St. Elisabeth Semarang.

Berkaitan dengan itu, katanya lagi, koordinasi antara petugas di shelter dengan yanh berada di bus juga masih terlalu lama sehingga sempat menyebabkan antrean bus dari Trans Semarang. “Ya, mungkin baru pertama. Kalau kami [Trans Semarang] kan sudah terbiasa, jadi cepat. Tadi, sempat ada antrean empat bus di shelter RS St. Elisabeth dan Balai Kota Semarang,” katanya.

Meski demikian, menurut Ade, beberapa catatan itu masih dalam batas kewajaran dan personel Trans Semarang di lapangan juga tidak terganggu dengan operasional Trans Jateng. Ia menyarankan petugas di lapangan untuk lebih memahami mekanisme operasional Trans Jateng sebab hanya ada satu petugas Trans Jateng yang ditempatkan di tiga shelter transit itu.

“Petugas kami sendiri kan belum tentu paham. Oleh karena itu, petugas di lapangan harus lebih cerewet dan sigap agar penumpang paham,”atanya.

Hal itu terutama penumpang yang akan berpindah moda dari Trans Jateng ke Trans Semarang, demikian juga sebaliknya. “‘Kan tidak diberlakukan transit dari Trans Jateng ke Trans Semarang, dan sebaliknya. Jadi, sama-sama membayar kalau berpindah antarmoda BRT itu,” katanya.

Sebelumnya, lanjut dia, besaran tarif yang berbeda juga sempat membuat kerancuan dalam operasional karena Trans Semarang menyamakan tarif buruh dengan umum sebesar Rp3.500/orang, sementara Trans Jateng menetapkan tarif Rp1.000/orang sama dengan pelajar. “Kami sudah berkoordinasi dengan provinsi. Oleh karena itu, disepakati tidak ada transit sehingga begitu ganti moda dari Trans Jateng ke Trans Semarang atau sebaliknya membayar lagi,” pungkas Ade.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya