SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Ilustrasi/dok

BANTUL—Sekitar 20 rumah warga transmigran asal Kabupaten Bantul, di Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dilanda banjir.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

“Kami mendapat kabar dari warga transmigran di Banyuasin bahwa rumah mereka kebanjiran, bahkan ketinggian air hingga satu meter,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disnakertrans) Bantul Didik Warsito di Bantul, Selasa (18/12/2012).

Akibat bencana itu, kata dia, para transmigran yang mulai tinggal di Sanga Desa pada awal 2009 tersebut, saat ini sebagian dari mereka tidak bisa menempati rumahnya, dan juga tidak dapat melakukan kegiatan pertanian.

“Meski daerahnya dilanda banjir, mereka tidak meminta dipulangkan ke Bantul. Mereka sementara mengungsi di permukiman transmigran sekitarnya yang aman dari banjir,” katanya.

Ia mengatakan bencana banjir juga pernah melanda permukiman mereka pada beberapa tahun lalu. Menurut dia, banjir terbesar terjadi pada 2010, dimana saat itu ketinggian air mencapai dua meter, sehingga warga transmigran harus mengungsi beberapa minggu di lokasi lain yang aman.

“Di lokasi transmigran tersebut memang rawan banjir, karena letak geografisnya rendah, sehingga sewaktu-waktu bisa dilanda banjir karena luapan sungai maupun debit air yang meninggi. Namun, pada 2011 tidak terjadi banjir,” katanya.

Menanggapi kabar adanya bencana tersebut, pihaknya hanya bisa melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat. Sebab, untuk memberikan bantuan secara langsung, tidak bisa direalisasikan, karena terganjal Permendagri Nomor 32 Tahun 2010 tentang Hibah.

“Bantuan langsung bagi para transmigran itu, tidak bisa direalisasikan, karena menurut peraturan, harus direncanakan sejak tahun sebelumnya sesuai ‘by name’ dan peruntukannya. Padahal banjir tidak bisa diprediksikan. Jadi, bantuan dari Bantul bisa disalurkan paling cepat tahun depan,” katanya.

Oleh karena itu, pihaknya berharap warga transmigran asal Bantul tersebut bertahan untuk sementara. “Mudah-mudahan intensitas hujan semakin menurun, sehingga keadaan bisa kembali normal,” katanya.

“Di satu sisi kami juga bangga terhadap mereka, karena sebagian lahan garapan bisa berhasil ditanami sayuran, dan kacang-kacangan. Ini mengindikasikan bahwa mereka tetap berusaha,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya