SOLOPOS.COM - Arif Budisusilo (Istimewa)

Saya tak merasa kaget bila dengar Erick Thohir, Menteri BUMN, bicara blak-blakan.  Di Nusa Dua, Bali, itu pula yang dia lakukan. Di sela pertemuan State Owned Enterprises (SOE) International Conference, awal pekan ini. Di “setengah kamar”, bersama sejumlah pemimpin media.

Chief Etho, begitu dia biasa disapa, memang terbiasa blak-blakan. Maka, bila dia tetap tancap gas di tengah jalan terjal transformasi BUMN, ya begitulah adanya.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Tentu, tak semua cerita Erick saya bisa ungkapkan. Namun, khusus soal BUMN, Erick jelas maunya. Erick cuma mau, BUMN profitable. BUMN kuat secara fundamental. BUMN menjadi champion secara global. Dan tentu, bisnisnya sustainable. Maka, pedal gas transformasi pun terus diinjaknya dalam-dalam. Tinggal 20% lagi tuntas. Kira-kira bakal beres, satu setengah tahun lagi.

Dalam kerangka besar itu, dia merancang UU BUMN bersama mitra kerja parlemen. Salah satu yang dirancang adalah soal alokasi 2% dividen untuk Kementerian BUMN.

Tujuannya jelas. Anda tentu tahu, anggaran Kementerian BUMN terlalu kecil, untuk membiayai “pengawasan” BUMN yang terlalu besar. Tentu ini terkait dengan remunerasi karyawan Kementerian BUMN, yang jomplang dengan karyawan BUMN. Ini bagian penting dari transformasi governance, yang menjadi keharusan.

Juga ada kemungkinan pooling fund di Kementerian BUMN. Dari dana dividen. Sudah tentu, substansi isu semacam itu akan menjadi bahan “diskusi” menarik dengan Lapangan Banteng. Soal kewenangan pengelolaan.

Soal lain adalah penyederhanaan peraturan menteri (permen), yang saat ini banyak sekali. Sekitar 45 permen. Katanya, para direksi BUMN bahkan tidak paham aneka permen tersebut. Maka, permen akan disederhanakan menjadi maksimal empat saja. Mirip-mirip mekanisme omnibus law. Biar lebih mudah dimengerti. Tidak tumpang tindih. Mudah diimplementasikan.

Peningkatan kompetensi sumber daya juga dilakukan. Harus dipastikan, manajemen BUMN diisi oleh orang-orang yang mempunyai integritas dan kapabilitas. Juga mumpuni. Apalagi, tantangan kepemimpinan BUMN memiliki kompleksitas yang berbeda. Diakui, tidak mudah mencari talents yang mumpuni di BUMN. Pemimpin BUMN dituntut memiliki kecakapan dalam navigasi politik dan stakeholders.

Dan Erick tak ingin orang dengan kinerja buruk dan praktik buruk, duduk di manajemen BUMN. Bahkan, tak segan Erick akan mengeluarkan daftar hitam bagi individu dengan kinerja kurang baik. Apalagi rekam jejak yang korup. Tentu tujuan besarnya adalah penguatan fundamental.

Maka, konsolidasi BUMN terus dilakukan. Menjadi sejumlah holding dan subholding. Sebagai contoh, PTPN, kini tinggal empat perusahaan. Ada yang urus gula, ada yang urus minyak sawit, serta ada pula yang urus kakao, kopi dan teh. Ada SugarCo, PalmCo, dan SupportingCo.

Perampingan jumlah perusahaan merupakan salah satu upaya dalam memperbaiki kondisi fundamental bisnis BUMN. Faktanya, selama ini hanya sekitar 11-20 BUMN yang konsisten memberikan dividen kepada negara dari ratusan yang ada.

Dan saat diskusi panel bersama mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Erick juga bicara terus terang. “Almarhum bapak [Muhamad Tedy Thohir] pernah bilang waktu saya masih muda agar menjadi seseorang sukses dan punya uang. Karena dengan itu bisa membantu orang banyak. Filosofi sama dengan BUMN. Jika BUMN tidak sehat, bagaimana mau punya program yang bagus untuk rakyat. Bila BUMN korup, bagaimana mereka bisa bantu negara,” ujar Erick.

Untuk itu, konsolidasi BUMN dikebut. Berdasarkan peta jalan 2024-2034, jumlah BUMN akan terus berkurang menjadi 30 saja. Lebih baik jumlah BUMN sedikit tapi sehat, ketimbang banyak tetapi sakit.

***

Tiga tahun terakhir ini, BUMN memang menghadapi tantangan yang tidak gampang. Tiko, panggilan akrab Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, juga bercerita kurang lebih sama. Baru masuk kantor di Merdeka Selatan pada tahun 2019, kebetulan meledak isu Jiwasraya.

Lantas, setelah memasuki pandemi, BUMN terpukul kiri-kanan, karena isu kesehatan dan mobilitas ekonomi yang mampet. Belum kelar urusan Jiwasraya, Tiko bersama Erick dipusingkan urusan Garuda Indonesia. Flagship merah putih itu harus diselamatkan. Maka, dua tahun pertama Erick bersama Tiko dan Pahala Mansyuri, Wakil Menteri BUMN kolega Tiko berkantor di Merdeka Selatan, restrukturisasi dan transformasi BUMN dijalani dengan ngebut.

Setidaknya ada tiga jenis transformasi yang dilakukan, mulai dari institusi untuk mempertajam struktur korporasi, lalu model bisnis untuk mendongkrak value perusahaan. Terakhir transformasi human capital guna memperkuat kesinambungan tata kelola BUMN. Dengan kata lain, BUMN kini memiliki kelembagaan bisnis yang kuat, punya pemikiran bisnis yang maju, dan tujuan investasi yang menarik.

Sebagai contoh, tol Trans Jawa yang kini menjadi subholding dari anak perusahaan Jasa Marga, berpeluang mendapatkan suntikan investor hingga 40%, yang dananya dapat dipakai untuk membangun tol baru. Dalam bahasa awam, BUMN bisa melakukan “daur ulang” pendanaan (recycle) tol yang sudah ramai untuk membiayai tol sepi. Untuk membangun infrastruktur, terutama jalan tol, umumnya berat di pendanaan tahap awal. Namun 10-20 tahun kemudian, proyek itu akan menjadi sumber cashflow yang signifikan. Contohnya jalan tol Jagorawi dan Cikampek. Kedua jalan itu saat ini sudah menjadi sumber cash, dan sudah tidak ada investasi lagi. Biaya perawatan juga kecil sekali, dengan pendapatan tunai gila-gilaan.

Dalam konteks itulah, proyek-proyek infrastruktur BUMN saat ini sedang ditawarkan ke sejumlah dana pensiun asing. Terutama dari Kanada, Belanda, dan Abu Dhabi. Untuk membiayai proyek baru di kemudian hari.

***

Maka, satu demi satu, berbagai tekanan yang dihadapi BUMN berhasil dikendurkan. Jiwasraya berhasil direstrukturisasi, Garuda pun dapat diselamatkan.

Kebetulan Sabtu (15/10/2022) lalu saya berbincang dengan Dirut Garuda, Irfan Setiaputra. Irfan berada di Solo menghadiri pengukuhan gelar Guru Besar Kehormatan untuk Prasetio, Direktur Keuangan Garuda Indonesia. Banyak kabar baik untuk Garuda belakangan ini. Setelah lolos memenangi PKPU dengan dukungan hampir 90% untuk restrukturisasi utang yang sangat signifikan, Garuda juga mendapatkan persetujuan penyertaan modal Rp7,5 triliun. Seluruh proses restrukturisasi itu diharapkan tuntas akhir tahun ini. Tahun depan, Garuda diproyeksikan akan kembali menorehkan laba operasional, setelah tahun ini dapat meraih laba buku.

Saat ini, bersama Citilink, Garuda memiliki sekitar 80 pesawat. Akhir tahun ini, setelah restrukturisasi beres, Garuda dan Citilink akan memiliki sekitar 120 pesawat. Ditambah dengan Pelita, yang dikelola Pertamina, yang akan memiliki 18 pesawat tahun depan, maka BUMN akan kembali berjaya di udara. Garuda dengan segmen atas, Pelita dengan segmen tengah dan Citilink melayani segmen dengan tarif relatif lebih murah.

Dan di luar sukses restrukturisasi Garuda, banyak kabar baik lainnya. Bank-bank BUMN satu demi satu menorehkan laba rekor baru, justru setelah pandemi. Lalu Dirut Pertamina Nicke Widyawati juga bisik-bisik, telah menemukan cadangan minyak dan gas baru. Nicke pun optimis cadangan itu dapat dieksplorasi mulai tahun depan dan berproduksi paling tidak lima tahun lagi.



Hasil itu juga tampak jelas dalam buku BUMN. Kinerja BUMN meningkat signifikan pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan meningkat 18,8% menjadi Rp2.295 triliun (US$160 miliar). Laba konsolidasi naik 838% menjadi Rp124,7 triliun, dengan total aset mencapai Rp8.978 triliun pada akhir tahun 2021. Total aset BUMN itu setara dengan 53% Produk Domestik Bruto Indonesia.

Dengan rendah hati, Erick menyebutkan hasil itu menunjukkan bahwa transformasi BUMN sudah berada di jalur yang benar. Transformasi perlu dilanjutkan agar BUMN dapat menjalankan perannya sebagai value creator dan agen pembangunan secara lebih optimal. Tujuan akhirnya, memberikan manfaat nyata bagi negara dan masyarakat.

Erick yakin peran BUMN sebagai agen pembangunan dapat berjalan beriringan dengan transformasi BUMN sebagai pencipta nilai. Dengan begitu, BUMN dapat semakin meningkatkan perannya sebagai lokomotif pembangunan di Indonesia.

Catat saja kata Tony Blair. Bila transformasi dilakukan dengan disiplin dan terstruktur, BUMN akan berkontribusi besar dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Untuk itu, bagi Blair, dibutuhkan keputusan yang tepat dari kebijakan yang tepat untuk melakukan transformasi ekonomi. BUMN menjadi bagian penting di dalamnya. Apalagi asetnya menguasai separuh lebih PDB Indonesia. “Jika BUMN berkinerja buruk, negaranya tidak akan berhasil,” ujar Tony Blair.

Artinya jelas. Transformasi BUMN tidak boleh gagal. Nah, bagaimana menurut Anda?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya