SOLOPOS.COM - ilustrasi KDRT (google img)

ilustrasi (google img)

SLEMAN—Hanya gara-gara jengkel, Sumaryanto, 45, warga Jagalan, Margodadi, Seyegan, Sleman menendang istrinya Winarsih, 40. Tendangan Sumaryanto yang cukup keras di bagian leher ini mengakibatkan Winarsih meregang nyawa.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Kapolsek Seyegan AKP Supri Purwanto peristiwa kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada kematian itu terjadi Jumat (27/4/2012) sekitar pukul 12.00 WIB.

Menurut keterangan saksi, ketika itu, Sumaryanto, Winarsih dan kedua anaknya Peni Puspayanti, 19, dan Anggi Puspayanti, 11, sedang menonton televisi di rumah.

Sumaryanto yang sedang jengkel tiba-tiba mendatangi istrinya dan menendang bagian leher. Seketika korban Winarsih terkapar dan sempat kejang-kejang. “Tidak begitu lama, tubuh Winarsih lemas,” kata Supri  mengisahkan fakta yang didapatkan dari saksi Peni Puspayanti.

Melihat istrinya lemas, Sumaryanto lari ke rumah mertuanya yang berada 700 meter dari kejadian. Selang satu jam, beberapa warga yang mengetahui kejadian ini langsung melaporkan Sumaryanto ke pihak yang berwajib.

“Kami kesana dan melihat kondisi. Tak lama kami menemukan jejak pelaku yang lari itu dan kami berhasil menangkapnya. Pelaku awalnya menolak dibawa atau mengakui perbuatannya. Namun setelah diamankan, akhirnya tersangka mengakui semua yang dilakukan,” kata Supri.

Untuk sementara, Supri akan mengenakan pasal kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang berujung pada kematian. “Namun kami masih mengembangkan lagi kasus ini. Untuk sementara kami membawa terdakwa dan saksi ke Polres Sleman,” katanya.

Supri menjelaskan motif kuat perbuatan Sumaryanto didasari rasa kesal karena istrinya memarahi anaknya siang itu. Awalnya keduanya sempat cekcok beberapa lama, karena tak kunjung mereda tiba-tiba Sumaryanto menendang istrinya hingga tersungkur.

Menurut kesaksian Sumaryanto, dia menendang hanya sekali saja dengan telapak kakinya. Belum diketahui tendangan itu disertai dengan injakan atau tidak. “Saksi masih dalam keadaan shock makanya kami tidak bisa meneruskan mewawancarai,” ujar Supri.

Sementara itu, saksi Peni Puspayanti yang juga putri Sumaryanto mengaku tidak bisa berbuat apa-apa setelah melihat ibunya tergeletak. “Saya diam saja. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya