SOLOPOS.COM - Ilustrasi penanganan virus corona (Covid-19). (Freepik)

Solopos.com, BENGKULU - Seorang korban kecelakaan di Bengkulu meninggal dunia setelah sempat ditolak oleh rumah sakit. Rumah sakit tersebut mengaku sedang fokus menangani pasien virus corona atau Covid-19.

Hal itu diungkapkan oleh seorang warga Bengkulu Selatan, Feriansyah. Feri merupakan kakak dari korban kecelakaan yang meninggal dunia. Seperti dikutip dari detik.com, kecelakaan itu terjadi di perbatasan Bengkulu Selatan dengan Seluma, Senin (1/6/2020) dini hari WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Feri menjelaskan adiknya sempat ditangani di rumah sakit terdekat. Namun karena keterbatasan alat, korban pun harus dirujuk ke rumah sakit di Kota Bengkulu.

Hendak Menyeberang, Nenek-Nenek Tertabrak Motor di Manahan Solo

"Mendapatkan tindakan pemasangan oksigen dan perawatan sementara, karena kekurangan alat dan tenaga medis khusus bedah saraf maka kami berinisiatif membawa korban ke Kota Bengkulu yang jarak tempuh sekitar 3 jam," katanya.

"Meskipun begitu, kami tetap membawa korban ke Kota Bengkulu dengan pertimbangan korban butuh penanganan lebih lanjut. Pukul 02.00 WIB korban dalam kondisi kritis dibawa ke Kota Bengkulu menempuh perjalanan selama 3 jam dibantu dua tabung oksigen," ucap Feriansyah.

Feri dan adiknya kemudian tiba di Kota Bengkulu pukul 06.00 WIB. Dia langsung menuju salah satu RS. Namun, pihak RS disebut meminta surat rujukan, sedangkan surat rujukan berada di mobil yang lain.

MUI Jateng Izinkan Ibadah di Masjid, Tapi Cuma di Zona Hijau

"Saya datang dengan pasien naik ambulans. Surat rujukan di mobil satunya bisa menyusul, tapi mereka mempertanyakan rujukan, sementara adik saya dalam kondisi kritis," terangnya.

Feri mengaku adiknya sempat ditolak. Mereka kemudian pergi ke RS lainnya dan kembali mendapat penolakan dengan berbagai alasan terkait penanganan Corona. Akhirnya, di RS keempat adiknya diterima. Namun, dia mengatakan sempat terjadi keributan.

Penanganan Lambat

Selain itu, dia mengatakan tindakan medis seperti pemasangan alat ke paru-paru tergolong lambat. Dia juga heran mengapa tim medis mengambil sampel darah adiknya untuk uji Covid-19.

"Surat telah ditandatangani namun selama 2 jam selang baru dipasang ke paru-paru. Selama itu kami diminta menunggu, saya sempat marah dan heran mengapa tim medis sibuk mengambil sampel darah adik saya untuk uji Covid-19," ujar Feriansyah.

Feri mengatakan kondisi adiknya terus menurun hingga akhirnya meninggal sekitar pukul 09.10 WIB. "Saya merasa kecewa penanganan medis terlalu fokus pada Covid-19 sementara pasien lain di luar Covid--19 kurang mendapatkan perhatian," ucapnya.

Cegah Persebaran Covid-19, Astra Motor Jateng Bagikan 4.000 Masker Kain

Kadis Kesehatan Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, mengaku telah mendengar persoalan tersebut. Dia menegaskan rumah sakit tidak boleh menolak pasien meski di tengah pandemi Corona. Pihaknya akan melakukan rapat untuk membahas masalah ini dan memberikan terguran kepada RS terkait.

"Saya dapat info itu, yang jelas prinsipnya semua masyarakat harus dilayani tidak boleh ada penolakan meskipun kondisi COVID-19 tidak ada perbedaan perlakuan pada pasien umum," ucap Herwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya