SOLOPOS.COM - Ilustrasi berkemah. (Freepik.com)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kwarcab Pramuka Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah (Jateng) melarang kegiatan pramuka yang bersifat ekstrem menyusul tragedi hanyutnya beberapa siswa SMPN 1 Turi Sleman di Sungai Sempor yang menelan korban jiwa beberapa waktu lalu.

Kegiatan pramuka diharapkan bisa dipersiapkan lebih matang sebelum dilaksanakan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Karanganyar, Kurniadi Maulato, menjelaskan tragedi Sungai Sempor yang menelan korban murid SMPN 1 Turi membuatnya langsung memberikan sosialisasi kepada seluruh pengurus kwaran di masing-masing kecamatan untuk lebih berhati-hati mengadakan kegiatan di luar ruangan.

Ingin Buktikan Bumi Datar, Pria Ini Tewas Bareng Roket Buatannya

Sosialiasi tersebut menurutnya akan diteruskan di tingkat gugus depan (gudep) atau sekolah. Dengan begitu, hal serupa tragedi Sungai Sempor diharapkan tak terjadi di Karanganyar.

"Begitu mendengar kejadian itu saya langsung menginfokan kepada pengurus Kwaran. Kami kan ada grup di Whatsapp. Jadi itu langsung. Biar tidak terjadi hal serupa dengan tidak melakukan kegiatan di tempat ekstrem. Pesan itu nanti biar mereka teruskan ke gudep [tingkat sekolah]," jelas Kruniadi kepada Solopos.com, Senin (24/2/2020).

Meski selama kepemimpinannya tidak ada kegiatan ekstrem seperti susur sungai di Karanganyar, dia berharap setiap kegiatan selalu dipersiapkan dan dikoordinasikan terlebih dulu. Dia juga melarang kegiatan di tempat ekstrem.

"Selama saya menjabat tidak ada kegiatan ekstrem. Tapi kalau pun ada pasti kami larang. Di Karanganyar juga tidak dimungkinkan susur sungai karena geografisnya berbahaya kalau ada air kiriman dari dataran tinggi. Makanya memang selama ini tidak ada susur sungai. Pembina harus lebih intens melaporkan kegiatan pramuka yang diselenggarakan kepada pihak sekolah," imbuhnya.

Hari Ini Dalam Sejarah: 25 Februari 1932, Adolf Hitler Jadi Orang Jerman

Sementara itu, Pembina Pramuka SMPN 2 Mojogedang, Jumadi, menjelaskan pasca-kejadian yang terjadi di Sleman, pihak sekolah memberikan perhatian khusus terhadap kegiatan pramuka.

Menurutnya, pihak sekolah meminta supaya semua kegiatan pramuka dilaporkan kepada Kepala Sekola atau pembina sekolah.

"Kalau di sekolah tidak pernah ada kegiatan ekstrim. Paling kemah dan hiking biasa. Kemarin setelah ada kejadian itu Kepala Sekolah sudah ada perhatian khusus pastinya. Kami juga menggelar doa bersama kemarin," terangnya.

Kelelahan & Kurang Pelindung, 3.000 Tenaga Medis China Terinfeksi Corona

Menurutnya, apabila ada kegiatan pramuka di luar ruangan harus diawasi oleh ahli di bidangnya. “Setidaknya PMI minimal harus mendampingi. Kalau di tempat lebih ekstrim ya bisa menggandeng SAR atau profesional dibidangnya masing-masing sesuai dengan kegiatannya. Untuk keamanan peserta pramuka," beber Jumadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya