SOLOPOS.COM - Kabut asap yang mengandung karbondioksida dari Kawah Timbang di Dataran Tinggi Dieng menyelimuti lahan pertanian. (Dok. Solopos.com/Antara)

Solopos.com, BANJARNEGARADataran Tinggi Dieng selama ini dikenal dengan keindahan panorama alamnya yang dikelilingi hijau pegunungan dan hamparan awan. Meski demikian, Dataran Tinggi Dieng rupanya pernah menyimpan sebuah kisah tragis, yang dikenal dengan nama Tragedi Sinila.

Mengutip dari laman geologi.co.id, Dieng sebenarnya merupakan kompleks gunung api tua yang berada di Jawa Tengah. Meski demikian, selama ini Dieng lebih dikenal sebagai lokasi wisata ketimbang kompleks gunung api tua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak tahun 1600, Gunung Dieng kerap menunjukkan aktivitasnya. Meski demikian, aktivitas vulkanik di Dieng lebih didominasi aktivitas letusan freatik atau hidrotermal. Selain itu, kawah di Dieng juga kerap mengeluarkan gas yang mengandung karbondioksida atau beracun. Kali terakhir, peristiwa Dieng mengeluarkan gas beracun hingga menyebabkan korban jiwa adalah pada 12 Maret 2022 lalu.

Sebanyak sembilan orang terpapar gas beracun dari kawah di Dieng. Dari sembilan orang itu, satu di antaranya meninggal dunia.

Ekspedisi Mudik 2024

Namun, aktivitas vulkanik di Dieng yang mengeluarkan gas beracun tidak hanya terjadi saat ini. Dahulu, pada tanggal 20 Februari 1979, peristiwa tragis akibat gas beracun pernah terjadi di Dieng. Peristiwa itu bahkan menyebabkan 147 nyawa penduduk desa melayang hingga kerap disebut sebagai Tragedi Sinila.

Baca juga: Tragedi Desa yang Hilang Akibat Gas Beracun Kawah Sinila Dieng

Mengutip Tragedi Sinila 1979, Mimpi Buruk Negeri Para Dewa dari laman bnpb.go.id, peristiwa tragis yang menelan 147 jiwa itu diawali aktivitas vulkanik Kawah Sinila di Dataran Tinggi Dieng pada 20 Februari 1979.

Gas Beracun

Gempa vulkanik itu terjadi berulang kali dan membuat getaran yang cukup kuat selama beberapa hari. Akibat gempa itu, Kawah Timbang yang berdekatan dengan Kawah Sinila pun beraksi. Tidak diketahu sebelumnya, jika ternyata Kawah Timbang mengandung gas beracun berupa hidrogen sulfida atau metana konsentrasi tinggi.

Erupsi Kawah Sinila ini pun membuat warga desa sekitar berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri, termasuk warga Desa Kepucukan. Desa Kepucukan adalah desa yang jaraknya kurang dari 1 kilometer (km) dari Kawah Sinila. Warga Desa Kepucukan menyelamatkan diri ke arah barah menghindari erupsi Kawah Sinila.

Baca juga: Kawah Timbang, Kawah Paling Mematikan di Dataran Tinggi Dieng

Ternyata, upaya warga Desa Kepucukan menyelamatkan diri itu menjadi awal terjadinya Tragedi Sinila di Dataran Tinggi Dieng. Dalam perjalanannya menyelamatkan diri dari erupsi Kawah Sinila, warga desa terjebak gas hidrogen sulfida yang keluar dari rekahan Kawah Timbang. Rekahan ini terjadi akibat gempa dari Kawah Sinila. Akibat gas hidrogen sulfida itu, sebanyak 147 orang meninggal dunia.

Gas hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, berbau seperti telor busuk, bersifat iritan pada mata dan saluran pernafasan serta mematikan syaraf penciuman. Pada konsentrasi tinggi sangat berbahaya jika terhirup dan dapat menyebabkan kematian.

Oleh karenanya tak heran, hanya dalam waktu beberapa menit banyak warga desa yang tiba-tiba tergeletak di jalan dan akhirnya meninggal. Sejak peristiwa atau Tragedi Sinila di Dieng itu, Desa Kepucukan pun dihapus atau dikosongkan. Warga desa yang masih bertahan hidup diminta untuk bertransmigrasi ke Pulau Sumatra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya