SOLOPOS.COM - Aksi RIP Angeline dari Sanggar Teater Anak Kemasan Gelar di Solo, Senin (15/6/2015). (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Tragedi pembunuhan Angeline belum terbongkar sepenuhya.

Solopos.com, DENPASAR — Kebakaran empat ruangan di gedung Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Sabtu (27/6/2015) malam, menyebabkan kerugian finasial dan raibnya belasan ribu data anak hilang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam jumpa pers di aula gedung Komnas PA, Jl. TB Simatupang, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (28/6/2015), pihaknya mengalami kerugian finansial kurang dari Rp1 miliar.

Dalam ruangan Komnas PA yang terbakar terdapat setidaknya 12.000 data anak hilang turut hangus terbakar. Dalam kesempatan yang sama, Arist menjelaskan, aula dan ruang sekretariat Komnas PA tidak terjamah api.

“Taksiran kerugian kurang dari Rp1 M lah. Ada 12.000 data di situ. Empat tahun itu yang kerugian terbesar,” jelas Arist sebagaimana dilansir Detik, Minggu.

“Sungguh amat luar biasa, tahun 2010-2014 ada data-data dari anak-anak Indonesia yang terbakar, maka kami berutang pada anak Indonesia,” lanjut Arist. Arist menjelaskan dalam kebakaran besar tahun 2009 lalu, data hingga 1998 habis semua. Sedangkan untuk kebakaran tahun ini, data yang terbakar hingga tahun 2010.

Sementara itu, dilaporkan Liputan6, Minggu, ibu angkat Angeline atau Engeline, Margriet kembali dijadwalkan pihak kepolisian akan kembali menjalani pemeriksaan menggunakan lie detector atau tes kebohongan dalam waktu dekat.

“Ya, kapan saja dibutuhkan akan dilakukan tes kebohongan ulang. Seperti halnya kita menjadikan TKP sebagai laboratorium penyidikan,” kata Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie di Mapolda Bali, Minggu.

Terkait dengan tes kebohongan kedua Margriet, Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol Hery Wiyanto menjelaskan bukan lantaran kegagalan data dalam pelaksanaan tes pertama. “Bukan gagal, ini hanya sebuah alat apabila tidak sesuai ya wajar kan,” ujar Hery.

Hery mengatakan, dalam uji kebohongan ini dibutuhkan sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Seperti kondisi pikiran yang tenang, tak ada tekanan, dan tempat tes kebohongan yang kondisinya tak ramai atau ribut.

Hery pun berharap, hasil tes kebohongan Margriet ini dapat bermanfaat untuk penyelidikan kasus pembunuhan Angeline. Meski dia mengaku tak mengetahui persis akurasi alat yang mengecek kejujuran dari detak jantung dan keringat itu.

“Akurat atau tidak, tak tahu. Tapi, inilah metode yang sering digunakan. Kita serahkan semua kepada penyidik dalam mengumpulkan bukti-bukti,” tandas Hery.

Hery menegaskan, hasil dari lie detector bukan akhir dari pemeriksaan terhadap Margriet. Sebelumnya, pada 16 Mei, Angeline dilaporkan hilang oleh ibu angkatnya, Margriet. Bocah delapan tahun tersebut justru ditemukan tewas dikubur di halaman belakang rumah Margriet Megawe, di Jl. Sedap Malam, Sanur, Denpasar, Bali pada Rabu (10/6/2015).

Hingga saat ini, polisi telah menetapkan Agus Tae sebagai tersangka pembunuhan Angeline. Sementara Margriet Christina Megawe ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penelantaran anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya