Ah-tenane
Sabtu, 8 September 2012 - 09:33 WIB

Tragedi Mi Ayam

Redaksi Solopos.com  /  Is Ariyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Lady Cempluk adalah seorang neli (nenek lincah) yang tinggal di Sukoharjo. Meski sudah sepuh, tapi semangat puasanya luar biasa. Ia selalu berusaha puasa full sebulan kecuali pas sakit. Biasanya kalau pengin buka puasa di luar, Cempluk selalu ngajak-ajak keponakannya. Meski bukan di rumah makan mewah, yang penting adalah suasana keakrabannya.

Sore itu Cempluk dan suaminya, Tom Gembus, mengajak anak dan keponakan-keponakannya buka puasa di warung mi bakso. Sampai di sana mereka pesan makanan masing-masing. Kebetulan semua pengin mi ayam plus pentholan bakso.

Advertisement

Setelah beduk Magrib, mereka pun mulai makan. Gembus lalu memesan menu tambahan yakni ceker dan kepala ayam yang lumayan banyak. Mereka pun menyantapnya dengan lahap tak terkecuali Lady Cempluk yang ikut ngothot-othot kepala ayam.

“Bude, dagingnya alot lho, lagi pula tulangnya keras,” Gendhuk Nicole, keponakannya memperingatkan karena melihat budenya dhahar pentholan bakso saja mengunyahnya lama banget.

Ra papa Ndhuk, aku juga pengin kok,” jawabnya sambil mbrakoti kepala ayam.

Advertisement

Benar juga kekhawatiran Gendhuk. Baru dua gigitan ada peristiwa tragis yang menimpa Cempluk. Saking semangatnya mbakoti kepala ayam, eeeh lha kok gigi palsunya tertinggal nancep di leher ayam. Kontan saja semua ngguyu ngakak termasuk penjualnya.

Mulane kok krasa isis, bul untuku copot,” kata Cempluk disambut tawa keponakan-keponakannya sampai keselak-selak.

 

Advertisement

Tsoraya Dina Taufiq, Gentan Baru No 36 Baki, Sukoharjo

Advertisement
Kata Kunci : Jon Koplo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif