SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan menemui pihak Boeing untuk meminta klarifikasi kesesuaian pilot pesawat Boeing-737 MAX 8. Jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di perairan Tanjung Karawang Senin (29/10/2018) adalah kasus fatal pertama yang dialami 737 MAX.

“Dengan Boeing, akan kita sampaikan detail apa yang perlu diklarifikasi. Kita juga minta kejelasakan soal proposal pesawat ini, mungkin saja ada ketidakcocokan pesawat ini dengan kompetensi pilot,” kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/11/20181).

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Pertemuan akan dilakukan dalam waktu dekat ini. “Kita akan berdiskusi dengan Boeing yang satu sampai dua hari ini akan datang,” katanya.

Tiga hal yang akan dievaluasi, kata Menhub, yaitu terkait ketinggian, kendali terbang (flight control), dan kecepatan. “Nanti kita mintakan secara detail, Boeing merencanakan pesawat ini bagaimana, mengoperasikan bagaimana, investigasinya bagaimana, dan bagaimana menyiapkan tenaga pilot,” kata Menhub.

Budi juga telah memerintahkan pemeriksaan kelaikan (ramp check) seluruh pesawat Boeing-737 MAX 8, yakni 10 milik Lion Air Group dan satu milik Garuda Indonesia. Menurutnya, apabila hasilnya laik terbang, maka pesawat jenis ini akan dioperasikan kembali.

Menhub mengakui pihaknya telah melakukan standar yang ditetapkan saat kedatangan pesawat sebelum dioperasikan, namun tidak memungkiri bahwa ada aspek-aspek yang terlewatkan. “Sudah melakukan, tapi ini bisa saja tidak lengkap,” katanya.

Sebelummya, pesawat Boeing 737 MAX pernah yang mengudara sejak 2016 ini pernah di-grounded karena masalah mesin. Dilansir seattletimes.com, 10 Mei 2017 lalu, muncul masalah hanya beberapa hari sebelum Boeing mengirimkan 737 MAX untuk kali pertama ke maskapai pemesannya, salah satunya Malindo Air, anak perusahaan Lion Grup.

Saat itu, diduga ada masalah pada piringan logam dalam mesin LEAP yang berpotensi berujung keretakan. Mesin ini dibuat oleh CFM Internasional, pabrikan pembuat mesin jet yang berbasis di Ohio, AS.

Meski mengaku tidak menemukan masalah apapun selama uji terbang pesawat tersebut sejak Januari 2016, Boeing memutuskan untuk menahan seluruh 737 MAX untuk tidak terbang. “Karena ada banyak peringatan, kami memutuskan untuk sementara membatalkan penerbangan MAX,” kata Juru Bicara Boeing Doug Alder saat itu.

Saat itu sebanyak 25 pesawat Boeing 737 MAX baik untuk uji coba maupun yang siap dikirim ke perusahaan pemesannya, diparkir di pangkalan Boeing dan Bandara Renton Municipal untuk menjalani tes. Boeing mengirimkan mesin-mesinnya ke fasilitas CFM Internasional di Lafayette, Indiana, dan Villaroche, Prancis.

Jubir CFM, Jamie Jewell, mengatakan inspektornya menemukan anomali dalam proses penempaan piringan baja tersebut dalam proses produksi. “Itu bisa memicu keretakan,” kata Jewell.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya