SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google.news)

SOLO — Korban tewas akibat mengonsumsi minuman keras lapen memang tak pernah berkurang. Meski bukan fenomena baru, tapi tidak mudah membuat jera orang-orang untuk menegak lapen.

Akibat pesta lapen yang digelar Jumat (23/2/2013) puluhan mahasiswa Timor Leste di Jogja terkapar tak berdaya dan satu orang meregang nyawa. Menurut salah seorang mahasiswa Riberio, pesta lapen bukan yang pertama kali dilakukan. Mereka sering menggelar pesta lapen. tapi mungkin, malam itu Riberio dan teman-temannya tengah apes.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Lapen malam itu tidak seperti biasa. Setelah minum kami bukannya enak badan, malah merasa capek. Dan ternyata salah seorang teman pestanya dari Timor Leste, Arindu Do Santos, tewas di Rumah sakit Bethesda, Minggu (25/2/2013).

Ekspedisi Mudik 2024

Lantas dimana sebenarnya nikmatnya lapen? Mengapa sudah puluhan nyawa meregang tapi tak jua bisa membuat orang jera meminumnya?

Lapen adalah salah satu minuman lokal yang populer di Jogja. Miras jenis ini termasuk ilegal karena memang tidak diproduksi oleh pabrik miras dan tidak terdaftar secara resmi di direktori produk makanan dan minuman di pemerintah.

Lapen ini diprosuksi oleh industri rumahan atau bahkan warung reot di pinggir jalan. Namun, para peminatnya sudah mengetahui dimana harus mendapatkan minuman itu.

Tidak ada kemasan baku untuk lapen. Bahkan, lapen seringkali hanya dibungkus plastik atau botol minuman mineral. Ada juga yang dijual per liter.

Tidak diketahui dengan pasti berapa kadar alkohol yang terkandung di dalam lapen, karena setiap pedagang memiliki aturan sendiri. Cairan apa saja yang diracik di dalam lapen juga tak selalu sama antar pedagang. Kadang ethanol, obat pemberantas nyamuk, bahkan minyak tanah.Tujuannya agar lebih keras, nendang. Dan ini yang justru membuat lapen berbahaya.

Seperti Riberio yang mengaku terkejut dengan penjelasan dokter di Bethesda bahwa lapen yang menewaskan Arindu Do Santos mengandung deterjen, obat pemberantas nyamuk.

“Kata dokter, otak kepala Arindu sudah hampir pecah. Soalnya, yang diminum kami bukan lapen. Itu dicampur deterjen, autan dan baygon,” jelas Riberio.

Soal harga, lapen memang lebih terjangkau untuk kocek mahasiswa dan kelas ekonomi rendah. Harga per liter berkisar antara Rp7.000-Rp20.000.

Di Kota pelajar dan Kota Wisata Jogja, penjual lapen cukup banyak. Biasanya kedai lapen adalah produsen. Soal rasa, bau, warna lapen, tidak ada yang baku. Setiap kedai bisa berbeda-beda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya