Solopos.com, JAKARTA—PSSI menjalin komunikasi secara intens dengan FIFA terkait tragedi Kanjuruhan seusai laga Liga 1 2022/2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya.
Komunikasi intens tersebut dilakukan demi menghindari sanksi akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan yang mengakibatkan 129 orang meninggal dunia tersebut.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Kami berharap kejadian ini tidak menjadi rujukan atau landasan FIFA untuk mengambil keputusan-keputusan yang tidak baik dan tidak menguntungkan Indonesia dan, khususnya PSSI,” kata Sekretaris Jenderal PSSI Yunus Nusi dalam konferensi pers di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (2/10), seperti dilansir dari Antara.
Baca Juga: FIFA Larang Gas Air Mata di Stadion, tapi Masih Dipakai Polisi di Kanjuruhan
Pria asal Gorontalo itu melanjutkan PSSI mengirimkan laporan pertama tentang keributan di Kanjuruhan kepada FIFA pada Sabtu (1/10) malam atau beberapa saat setelah peristiwa terjadi.
FIFA, kata Yunus, memang meminta keterangan langsung dari PSSI lantaran banyaknya korban meninggal dunia. Komunikasi PSSI dengan FIFA pun berlanjut sampai Minggu.
Sampai Minggu siang, tercatat 129 orang kehilangan nyawa akibat huru-hara tersebut “Ini kejadian luar biasa. Kami terus menyampaikan kepada FIFA kabar terbaru soal kejadian tersebut,” kata Yunus menambahkan.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan Ternyata Terbesar Kedua dalam Kerusuhan Sepak Bola di Dunia
Sementara soal potensi sanksi dari FIFA, Yunus Nusi mengaku belum memiliki gambaran. Akan tetapi, dirinya yakin FIFA tidak akan mengambil keputusan secara instan.
Terkait kerusuhan di Stadion Kanjuruhan tersebut, Yunus Nusi menekankan bukan perkelahian antarsuporter. Banyaknya korban meninggal, menurut Yunus, terjadi karena terjepit di kerumunan suporter yang berdesak-desakan.
“Ada yang jatuh, terinjak, saat mencoba keluar dari pintu stadion. Ada puluhan ribu penonton yang ingin keluar sehingga terjadi tragedi tersebut,” kata Yunus menjelaskan.
Baca Juga: Dilarang FIFA di Stadion, Seperti Ini Efek Gas Air Mata pada Manusia
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan bermula saat ribuan suporter Arema FC, Aremania, merangsek masuk ke area lapangan setelah tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya.
Polisi kemudian menembakkan gas air mata di dalam lapangan yang membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas.
Suporter yang bertumbangan membuat kepanikan di area stadion dan berebut mencari jalan keluar. Jumlah pendukung yang membutuhkan bantuan medis tidak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.
Baca Juga: Sesalkan Aremania, PSSI Bentuk Tim Investigasi Tragedi Kanjuruhan
Para suporter itu banyak yang mengeluh sesak napas terkena gas air mata dan terinjak-injak saat berusaha meninggalkan tribune stadion.