SOLOPOS.COM - The empty Route 6 is seen in the Ushibumi district of Futaba town, inside the exclusion zone of a 20km radius around the crippled Fukushima Daiichi nuclear power plant, Fukushima prefecture, January 15, 2012. The Fukushima Daiichi nuclear power plant was hit on March 11, 2011 by a tsunami that exceeded 15 metres in some areas. The tsunami knocked out the plant's cooling systems, resulting in meltdowns of nuclear fuel, and became the world's worst atomic crisis in 25 years. The government announced in December that reactors at the plant had reached a state of cold shutdown, a milestone in cleanup efforts and a pre-condition for allowing the return of about 80,000 residents evacuated from a 20km (12 miles) radius of the Daiichi plant. The government also said it would draw up new evacuation zones by the end of April, and areas where annual radiation levels are currently higher than 50 millisieverts would not be deemed suitable for living for at least five years. Picture taken January 15, 2012.

SEPI -- Jalan raya yang kosong terlihat di Distrik Ushibumi, Kota Futaba, yang termasuk dalam zona terlarang dalam radius 20 km dari PLTN Fukushima Daiichi di Prefektur Fukushima, dalam foto yang diambil awal pekan ini. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

JAKARTA – Ini peringatan bagi pemerintah mana saja, dahulukan rakyat, bukan negara sekutu! Gara-gara membagi info tentang penyebaran radiasi Fukushima lebih dulu ke Amerika Serikat, pemerintah Jepang dituding mengkhianati rakyatnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Masyarakat Jepang seperti dikutip dari laman ABC marah bukan kepalang karena pemerintah Negeri Matahari Terbit membagi informasi soal radiasi Fukushima sepekan lebih cepat kepada militer Paman Sam. Walikota wilayah Jepang yang tidak diungsikan meski berdekatannya dengan pabrik nuklir di Fukushima menyatakan tindakan pemerintah yang justru membagi info ke militer AS mirip dengan pembunuhan.

Beberapa jam setelah PLTN Fukushima bocor, radiasi dengan cepat mulai merambah wilayah Jepang. Hanya beberapa kilometer dari lokasi kebocoran, rakyat Kota Namie tergesa-gesa berkumpul untuk mengungsi. Karena ketiadaan informasi yang datang dari Tokyo, Walikota Tamotsu Baba memutuskan untuk memimpin rakyatnya menjauh ke utara, sayangnya utara adalah arah datangnya debu-debu radiasi.

“Karena kami tidak mempunyai informasi, kami ternyata justru mengevakuasi rakyat ke daerah dimana tingkat radiasi tinggi. Saya sangat khawatir dengan kesehatan masyarakat. Saya merasa sakit di hati saya, tetapi juga marah atas tindakan buruk pemerintah,” katanya. Konyolnya, ketika orang-orang dari Namie dan masyarakat Jepang tidak mendapat informasi dari pemerintah Jepang tentang kemungkinan penyebaran radiasi hanya tiga hari setelah tsunami mengguncang PLTN Fukushima, Pemerintah Jepang justru menyerahkan prediksi penyebaran radiasi untuk militer AS.

Itaru Watanabe dari Kementerian Ilmu Pengetahuan menyatakan tindakan pemerintah tersebut dimaksudkan untuk mengamankan dukungan AS dalam menangani krisis nuklir. Meski dia mengakui bahwa mungkin data yang sama seharusnya sudah dibagi ke masyarakat. “Menurut panel pemerintah yang menyelidiki bencana, informasi tentang potensi penyebaran radiasi bisa diberikan kepada publik,” katanya.

Kementerian Ilmu Pengetahuan, lanjutnya, harus mengatakan kepada masyarakat tentang kekuatan bencana nuklir. “Tapi kita tidak memikirkan itu. Kami mengakui hal itu sekarang,” katanya.

Sebagai salah satu pengungsi bencana PLTN Fukushima yang sampai kini terlunta-lunta, Tamotsu Baba menuduh pihak berwenang Jepang meninggalkan desanya dengan menahan informasi dan meninggalkan komunitasnya terpapar radiasi. “Ini bukan bahasa yang bagus, tapi saya masih berpikir itu adalah tindakan pembunuhan,” katanya.

Sedikitnya ada 20.000 penduduk dari Namie yang mungkin telah kehilangan rumah mereka dan anak-anak mereka yang mungkin terpapar radiasi akibat sebuah sistem yang dirancang untuk melindungi dan memperingatkan mereka ternyata telah gagal.

JIBI/Bisnis Indonesia/Algooth Putranto

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya