SOLOPOS.COM - Ilustrasi dukun. (Okezone.com)

Solopos.com, TEGAL – Tragedi berdarah terjadi di Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sebanyak lima warga Kecamatan Slawi meninggal dunia akibat diracun oleh dukun pengganda uang.

Peristiwa sadis itu terjadi 17 tahun silam, tepatnya 2 Desember 2004. Baroyah, warga Slawi, kager melihat ibu dan ayahnya terbaring sekarat di kursi panjang di rumahnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Anak pasangan Rofi’i dan Turah itu menemukan orang tuanya saat terbangun tengah malam sekitar pukul 00.00 WIB. Sebelum ditemukan sekarat, Baroyah mengungkapkan kedua orang tuanya berkumpul bersama pamannya bernama Sarnadi. Menjelang magrib, Sarnadi pamit pulang ke rumahnya di Kabukan, Kabupaten Tegal.

Baca juga: Lagi! Korban Racun Sianida Dukun Pengganda Uang Magelang Tambah, Jadi 4

Setelah itu warga Desa Kupu, Kecamatan Dukuh Turi, Kabupaten Tegal itu meminta dibangunkan pada malam hari. Namun, betapa terkejutnya Baroyah saat menemukan kedua orang tuanya sekarat hingga meninggal dunia.

Dikutip dari Liputan6.com, Jumat (3/12/2021), keesokan harinya, adik Rofi’i yang tinggal di Desa Kabukan, Sarnadi, juga ditemukan meninggal. Korban meninggal lainnya adalah Rochimah, warga Desa Pesarean, Kecamatan Talang. Beruntung suaminya, Suharjo, berhasil selamat setelah dirawat di RSUD dr Soselo, Slawi.

Korban lainnya adalah Suparman dan istrinya, Wasriah. Menurut warga setempat, pasangan suami istri ini merupakan anggota aliran sesat.
Polisi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi lokasi, melakukan olah TKP, dan autopsi terhadap jasad korban.

Baca juga: Kenalkan Eco-print, AEPI Gelar Ngecobar di Objek Wisata Ponggok Klaten

Di rumah korban, polisi menemukan gelas yang diduga menjadi wadah racun yang diminum korban. Berdasarkan keterangan pihak keluarga dan warga sekitar, polisi kemudian menangkap Iskandar, seorang dukun di Desa Wadasmalang, Bumijawa, Tegal. Di rumah Iskandar, polisi menemukan berbagai jenis bahan beracun seperti sianida, racun tikus, dan racun ikan.

Polisi meyakini Iskandar adalah pelaku yang dengan sengaja membubuhkan racun ke dalam minuman yang menyebabkan lima orang tersebut di atas meregang nyawa. Namun saat ditangkap, Iskandar mendadak stres dan terpaksa dirawat di RSU PKU Muhammadiyah Slawi.

Tragedi berdarah di Slawi ini bermula dari keinginan para korban untuk kaya mendadak dengan cara mudah. Mereka kemudian bertemu dengan Iskandar yang disebut memiliki kemampuan melipatgandakan uang secara gaib. Mereka lantas menjadi pengikut Iskandar dan kerap berkonsultasi.

Baca juga: Jagone Inyong Kie! Es Lontrong Slawi Seger Legender

Iskandar kemudian menjelaskan para pengikutnya ini harus menjalani ritual khusus agar bisa kaya. Mereka juga harus membayar sejumlah uang yang diperkirakan sebesar Rp10 juta.

Ritual dan kumpul-kumpul itu biasa dilakukan di rumah Rofi’i di Desa Kupu, Dukuhturi. Di situlah, menurut Suharjo, Iskandar sempat menunjukkan kesaktiannya dengan mengubah sekarung klobot menjadi tumpukan uang.

Ada dugaan, Iskandar yang punya koleksi jenglot itu menghipnotis korbannya. Iskandar pun melarang para korbannya menyentuh tumpukan uang itu.

“Tunggu sampai berubah sempurna menjadi Rp17 miliar pada 5 Desember,” ujar Iskandar, seperti dituturkan Suharjo.

Pada Rabu (1/12/2004) dilakukan ritual terakhir berupa pembagian air sesaji. Iskandar bertindah sebagai pemimpin ritual. Saat itu dia mengeluarkan kembang setaman dan dimasukkan ke dalam baskom berisi air.

Baca juga: Tragedi Bekasi: Dendam lalu Memutilasi Teman Jadi 10 Bagian

Dia kemudian membagi air ke dalam kantong plastik kecil, kemudian menyerahkannya kepada para korban. Dia lalu meminta mereka merapal sebuah mantra yang harus dibaca sebelum meminum air sesaji. “Ia berpesan agar air itu diminum besoknya sebelum tengah malam,” kata Wasriah.

Para korban pun langsung bertumbangan keesokan malamnya usai meminum air dari baskom yang diberikan Iskandar. Reaksi racun itu ternyata begitu cepat. Rata-rata korban tewas beberapa puluh menit setelah meminum air yang diduga dicampur racun. Suparman termasuk cukup kuat, dia bertahan hingga pukul 02.00 WIB sebelum akhirnya juga tewas.

Baca juga: Tragedi Penyiraman Air Keras, Korban Tiga Kali Tolak Dinikahi Pelaku

Kala itu Kepala Kepolisian Resor Tegal Ajun Komisaris Besar Polisi Tri Nugrojo J Adi mengatakan, motif tersangka menghabisi korban karena takut kedoknya terbongkar.

Keyakinan itu makin kuat setelah otopsi terhadap jenazah para korban menunjukkan hasil seragam. Di tubuh mereka ditemukan senyawa arsenik, sianida, dan organofosfat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya