SOLOPOS.COM - Kopi rempah khas Masjid Jami Assegaf di Jl Kapten Mulyadi, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, yang disajikan saat berbuka puasa Ramadan, Rabu (6/4/2022). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLOMasjid Jami Assegaf (MJA) di Jl Kapten Mulyadi, Pasar Kliwon, Solo, memiliki tradisi unik selama Ramadan. Pengelola masjid ini menghidangkan kopi rempah kepada para jamaah setiap hari untuk berbuka puasa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kopi rempah tak lepas dari lidah jamaah yang suka makanan kaya rempah-rempah. Biasanya kopi rempah disajikan setelah salat Subuh namun penyajian kopi rempah diubah untuk takjil saat berbuka puasa. Juga sebagai hidangan setelah tarawih selama Ramadan.

Kopi rempah menjadi takjil khas Masjid Jami Assegaf sejak beberapa dekade terakhir. Zuber, 50, bertugas meracik kopi rempah di MJA selama Ramadan.

Ia mulai merebus air untuk membuat kopi yang menjadi tradisi unik Ramadan itu dengan dua dandang di ruang kecil sisi utara Masjid Jami Assegaf, Solo, sekitar pukul 14.20 WIB. Kopi yang digunakan merupakan kopi bubuk kemasan.

Baca Juga: Berurai Air Mata di Malam Selikuran Masjid Assegaf Pasar Kliwon Solo

Pria berkumis itu menambah jahe yang telah ditumbuk, kemudian menambahkan sereh, daun jeruk, kapulaga, pandan, kayu manis, pala, gula pasir, dan gula jawa.

tradisi unik masjid jami assegaf solo
Pengurus Masjid Jami Assegaf Solo menghidangkan kopi rempah kepada jamaah saat berbuka puasa, Rabu (6/4/2022).(Solopos/Wahyu Prakoso)

Aroma kopi serta rempah semerbak dari wedang yang diaduk-aduk di dandang. Butuh waktu sekitar satu jam untuk memasak kopi.

Para jemaah berdatangan melakukan tadarus, selanjutnya melakukan salat asar berjamaah pukul 16.00 WIB. Ustaz bertugas memberikan tausiah.

Cara Penyajian

Para jamaah yang duduk menyimak materi di dalam masjid. Sementara petugas lain mengarahkan jemaah yang duduk di sudut-sudut ruang serta tangga masjid untuk mengisi saf depan jelang berbuka puasa.

Baca Juga: Menjelajahi Masjid-Masjid Tertua di Solo, Ada Yang Hampir 500 Tahun

Jemaah masjid lainnya berdatangan sampai ruangan masjid penuh. Para pengurus masjid lainnya menyajikan takjil, masing-masing petugas menyajikan kurma, air mineral gelas dingin, dan kopi yang menjadi tradisi unik di Masjid Jami Assegaf, Solo.

Pengurus masjid membawa teko di tangan kanan dan tumpukan cawan di tangan kiri. Cara penyajian kopi oleh pengurus masjid dengan menuangkan kopi ke cawan.

Jemaah mengambil cangkir yang telah terisi kopi tersebut. Azan tanda berbuka puasa pun menggema di masjid. Para jamaah menyeruput kopi. Ada juga yang memasukkan kurma ke cangkir kopi.

Rasa kopinya tidak dominan namun menyatu dengan rasa rempah. Justru rasanya terlalu manis. Rasa pedas pada jahe pun bisa menimbulkan rasa hangat yang membekas sesaat. Ditambah lagi rasa kurma yang manis legit. Tak ada ampas kopi maupun rempah.

Baca Juga: Melihat Dari Dekat Proses Membuat Bubur Samin di Masjid Darussalam Solo

Salah seorang jamaah, Giman, 62, mengaku harus menambahkan air mineral ke dalam minuman kopi rempah itu supaya tidak terlalu manis. “Bagi yang suka minum kopi ini rasanya cukup namun bagi orang yang tidak suka kopi ini kemanisan,” jelasnya.

tradisi unik masjid jami assegaf solo
Wedang kopi rempah yang dibuat di Masjid Jami Assegaf, Jl Kapten Mulyadi, Kelurahan/Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, untuk disajikan saat buka puasa, Rabu (6/4/2022).(Solopos/Wahyu Prakoso)

Warga Kelurahan Joyontakan tersebut mengatakan biasa datang ke masjid saat Zuhur sampai Magrib. Menurutnya, kegiatan ibadah selama Ramadan lebih efektif dilakukan di Masjid Jami Asssegaf.

Awal Mula Tradisi Kopi Rempah

Pelaksana Harian Bidang Dakwah dan Pendidikan Yayasan Masjid Jami Assegaf, Solo, Ridho Wicaksono, menjelaskan awal mula munculnya tradisi unik membagikan kopi rempah kepada jamaah pada 1990-an.

Saat itu Warung Barokah mengirim kopi dengan termos ke MJA untuk dihidangkan bagi jemaah setiap Subuh. “Terus semakin tahun semakin ke sini jamaahnya tambah banyak maka Masjid Asegaf juga membuat kopi untuk mengatasi kekurangan itu,” katanya.

Baca Juga: Serunya Ngabuburit di Solo, Dari Taman Sunan Jaga Kali Sampai ke Rutan

Menurutnya, jumlah jamaah setiap subuh sekitar 200 sampai 300 orang. Warung Barokah masih memberikan kopi setiap subuh sampai saat ini semampunya. Kopi yang diberikan tanpa campuran rempah.

Di luar Ramadan, MJA membagikan kopi setelah subuh, saat tahlil, dan setiap kajian pagi. Kajian pagi berlangsung pukul 06.00 WIB sampai 07.00 WIB pada Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu.

Menurut dia, jamaah MJA memakai rempah untuk hidangan kopi sebab terpengaruh dengan nasi kebuli serta kue kaak yang mengandung banyak rempah. Makanan tersebut merupakan makanan yang biasa dikonsumsi.



“Jadi model kopi itu [tradisi menghidangkan kopi untuk berbuka] kiblatnya Tarim, Hadramaut [salah satu kota di Yaman]. Ada beberapa pondok pesantren dan madrasah yang memiliki tradisi buka puasa ada kopinya,” jelasnya.

Ridho mengatakan bangunan Masjid Jami Assegaf di Pasar Kliwon, Solo, itu juga serupa dengan bangunan-bangunan di Tarim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya