SOLOPOS.COM - Suasana Jalan Marlioboro saat Selasa Wage (Instagram/@putupari_puji)

Solopos.com, KOTA JOGJA — Masih ingatkah dengan suasana Selasa Wage di Jalan Malioboro saat pagi hari? Momen penanggalan Jawa ini diterapkan oleh Pemkot Yogyakarta  dengan memberikan akses para pejalan kali untuk leluasa berjalan di jalan utama Kota Gudeg tersebut tanpa khawatir mengganggu para pengendara bermotor yang lewat karena saat Selasa Wage tiba, Jalan Marlioboro ditutup untuk segala macam jenis kendaraan bermotor.

Berdasarkan pantauan Solopos di laman Instagram @jogja24jam, Rabu (28/7/2021), terdapat unggahan yang mengingatkan netizen soal Selasa Wage di Jalan Malioboro.  Dalam unggahan video tersebut memperlihatkan warga Kota Gudeg yang dengan leluasa beraktivitas dan berjalan kaki di sepanjang jalan yang sering dikunjungi para wisatawan tersebut untuk berbelanja batik dan segala pernak pernik khas Kota Gudeg.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahkan dalam video itu juga ada sekelompok pemuda yang membuat tenda sambil menerbangkan drone kameranya. Namun sayangnya, sejak pandemi merebak, kegiatan Selasa Wage ini tidak bisa seleluasa sebelumnya dalam upaya memutus penularan Covid-19 yang kian masif hingga saat ini.

Ekspedisi Mudik 2024
Suasana Selasa Wage di Jalan Marlioboro Kota Yogyakarta (1)
Suasana Selasa Wage di Jalan Marlioboro Kota Yogyakarta (Instagram/@jogja24jam)

Baca Jugab : Pasangan Turis Ini Tertangkap Kamera Tak Berhelm Saat Naik Motor

Mengutip Detik,com, Kepala Bagian Humas Biro Umum dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, momen Selasa Wage ini berlangsung setiap 35 hari sekali. Setiap momen itu, Jalan Malioboro disulap menjadi kawasan bebas bermotor, hanya kendaraan non motor saja, seperti andong, becak dan sepeda yang diperbolehkan lewat. Namun kendaraan bermotor tetap ada yang diperbolehkan lewat, yaitu Bus Trans Jogja dan kendaraan dinas serta mobil patroli.

Biasanya dalam momen Selasa Wage di Jalan Malioboro ini juga akan ditampilkan sejumlah pentas kesenian dan kebudayaan yang dikoordinasi oleh Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata DIY. Pementasan tersebut disuguhkan di 11 titik yang ada di Jalan Malioboro.

11 Titik yang menjadi tempat pementasan kesenian dan kebudayaan di antaranya Inna Garuda, eks Kantor Dinas Pariwisata DIY, depan DPRD DIY, Pasar Beringharjo, Gerbang Ketandan, Plaza SO 1 Maret dan Gerbang Barat Kepatihan. Namun semenjak pandemi, pertunjukan ini dihentikan sementara agar tidak menimbulkan kerumunan.

Baca Juga : UMKM Kuliner Ini Cari Cara Bertahan Selama PPKM

Selain kendaraan umum bermotor, selama momen Selasa Wage, pedagang kaki lima (PKL) di kawasan Jalan Malioboro juga dilarang beroperasi. Hal ini dikarenakan asal usul Selasa Wage sangat penting bagi pelaku usaha di kawasan Jalan Malioboro untuk ‘bernapas’ dan ‘membersihkan diri’ dengan libur berjualan selama satu hari saja dan mengganti aktivitas berdagangnya dengan membersihkan lingkungan Jalan Malioboro yang dikenal dengan istilah reresik.

Tradisi reresik pada momen Selasa Wage di jalan Marlioboro
Tradisi reresik pada momen Selasa Wage di jalan Marlioboro (Instagram/@uptcagarbudaya)

Wali Kota Yogyakarta Heroe Purwadi mengatakan bahwa Selasa Wage itu adalah hari lahir dan pasaran Ngarso Dalem, Sri Sultan Hemengku Buwono X. Perhitungan ini berdasakan hari pasaran dalam kalender Jawa dan perhitungan  kalender seperti itu biasa disebut sebagai selapan yang jatuhnya setiap 35 hari sekali.

Tradisi ini sudah dimulai sejak September 2017 silam, bertepatan dengan Hari Jadi ke-261 Kota Yogyakarta dan biasanya dimulai dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Selama durasi waktu tersebut, tidak ada kendaraan bermotor umum yang lewat dan juga aktivitas perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya