SOLOPOS.COM - Bakul siomay, Ilham, saat melayani pembelinya di Jatinom, Klaten, Jumat (2/10/2020). Selaku pelaku usaha skala kecil, Ilham turut merasakan sepinya kondisi di Jatinom setelah sebaran apam saat tradisi Yaa Qawiyyu ditiadakan karena masih berlangsung pandemi Covid-19, Jumat siang. (Espos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Ditiadakannya tradisi saparan Yaa Qowiyyu di Jatinom, Klaten tahun ini berdampak negatif terhadap sejumlah pelaku usaha kecil di kecamatan tersebut. Omzet mereka anjlok karena ketiadaan Yaa Qowiyyu yang biasanya mampu menari ribuan pengunjung.

Meski begitu, mereka bisa memaklumi peniadaan Yaa Qowiyyu lantaran kondisi pandemi Covid-19.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah seorang penjual siomay dan batagor di Jatinom, Ilham, 32, mengatakan suasana di Jatinom saat ini jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang digelar Yaa Qowiyyu. Jumlah pengunjung di Jatinom menurun drastis dibandingkan di waktu sebelumnya. Hal itu berdampak dengan penjualan siomay dan batagor yang dimilikinya.

"Biasanya memasuki pukul 09.30 WIB, jalan masuk ke kawasan area sebaran apam di Jatinom sudah ditutup. Jalan di depan Pasar Jatinom sudah tidak bisa untuk lewat kendaraan. Tapi, saat ini kondisinya sangat lancar dan tak ada penutupan akses," kata Ilham, 32, saat ditemui Solopos.com, di depan Pasar Jatinom, Jumat (2/10/2020).

Kampanye Pilkada Klaten: Takut Picu Kerumunan, Sri Mulyani Urung Blusukan di Pasar Jatinom

Ilham mengatakan sepinya pengunjung mempengaruhi omzet penjualan siomay dan batagornya. Saat tradisi Yaa Qawiyyu digelar tahun lalu, Ilham mampu meraih pemasukan hingga Rp1,2 juta per hari. Sekarang, anjloknya tajam.

"Sekarang, omzet yang saya peroleh hingga menjelang setengah hari ini belum ada seberapa. Padahal, di tradisi saparan tahun lalu, saya sudah bisa menjual siomay dan batagor dengan bahan baku tepung sebanyak empat kilogram. Tahun lalu, saya bisa menghabiskan tepung 8 kilogram saat momentum saparan Yaa Qawiyyu. Tapi, sekarang tak memungkinkan. Saya menyadari hal ini," kata Ilham.

Tak Ada Sebaran Apam

Hal senada disampaikan warga Jatinom, Dwi. Lantaran tak ada tradisi Yaa Qawiyyu tahun ini, banyak orang asli Jatinom yang tidak membuat apam. "Di tempat saya, biasanya menggelar semacam open house saat tradisi sebaran apam berlangsung. Tapi saat ini, tidak demikian. Suasananya jauh berbeda dengan tahun sebelumnya," katanya.

Pasar Lesu Akibat Pandemi, Perajin Batik Kebon Klaten Andalkan Tabungan

Sebagaimana diketahui, Pengelola Pelestarian Peninggalan Kiai Ageng Gribig (P3KAG) Jatinom meniadakan perayaan saparan alias persebaran apam Yaa Qawiyyu, Jumat (2/10/2020). Hal itu disebabkan masih berlangsung pandemi Covid-19.

Sebaliknya, tradisi saparan tahun 2020 dilangsungkan secara sederhana, yakni sema'an [pembacaan] Alquran, khataman, zikir, tahlil, berdoa bersama, sedekah apam di Makam Kiai Gribig Jatinom. Sepanjang pelaksanaan kegiatan tetap menerapkan protokol pencegahan Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya