SOLOPOS.COM - Peziarah berdatangan ke kompleks makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Rabu (27/7/2022) siang. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tradisi sadranan atau ruwahan di Makam Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten, dipastikan digelar lagi pada tahun ini setelah tiga tahun sebelumnya ditiadakan gara-gara pandemi Covid-19.

Tradisi itu menjadi agenda rutin yang digelar pada bulan Ruwah penanggalan Jawa atau menjelang Bulan Pasa atau Ramadan. Kepala Desa (Kades) Paseban, Eko Triraharjo, menjelaskan tradisi sadranan di Makam Sunan Pandanaran rutin digelar saban tanggal 27 Ruwah penanggalan Jawa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sesuai penanggalan, tanggal 27 Ruwah jatuh pada 20 Maret 2023. Sedangkan rangkaian acara sudah dimulai sejak sepekan sebelumnya. “Sepekan sebelumnya kalau tidak salah pada Selasa [14/3/2023] ada proses mengganti mori. Kemudian pada malam 27 Ruwah ada midodareni menampilkan laras madya dan macapat,” kata Eko saat ditemui Solopos.com di kantor Desa Paseban, Rabu (22/2/2023).

Kemudian pada 27 Ruwah, Eko melanjutkan ada arak-arakan ke makam. Sorenya ada kesenian reog kemudian malamnya wayangan. Sadranan atau ruwahan di Makam Sunan Pandanaran Klaten sudah menjadi tradisi turun temurun.

Pada 27 Ruwah, warga menggelar sadranan. Siangnya, warga biasa menggelar sadranan di wilayah masing-masing. Eko menjelaskan tradisi itu kembali digelar setelah tiga tahun ditiadakan karena pandemi Covid-19.

Tak hanya tradisi yang ditiadakan, Makam Sunan Pandanaran juga sempat ditutup dan tidak menerima pengunjung selama beberapa waktu. Bulan Ruwah menjadi salah satu bulan puncak kunjungan peziarah ke Makam Sunan Pandanaran.

Jadi Berkah bagi Warga

Hal itu mulai terlihat dengan berdatangannya para peziarah dari berbagai daerah sejak pekan lalu. Peziarah yang mulai membanjiri kompleks makam itu diharapkan menjadi berkah bagi warga terutama mereka yang memiliki usaha kuliner hingga penginapan.

Di sekitar kawasan makam tersebut, setidaknya ada 15 penginapan dengan konsep los atau bukan berupa kamar bagi peziarah yang ingin melaksanakan Ruwahan di kompleks Makam Sunan Pandanaran, Klaten. Peziarah yang biasa menginap merupakan peziarah dari luar kota.

Salah satu warga yang membuka usaha warung soto di dekat halaman parkir makam Sunan Pandanaran, Eny Mariyani, 45, menjelaskan kunjungan peziarah mulai kembali normal sekitar dua tahun terakhir.

Dia berharap Ruwah kali ini lebih meriah dibandingkan Ruwah tahun lalu. “Kalau Ruwah tahun lalu itu sangat ramai. Saya sampai menolak-nolak pembeli. Itu ramai selama satu bulan penuh,” kata Eny.

Ramainya pengunjung saat Ruwah tahun lalu membuat omzetnya terdongkrak. Saat itu, dia bisa meraih omzet Rp2 juta per hari dari biasanya Rp200.000 per hari. dia berharap Ruwah kali ini kunjungan peziarah lebih ramai dan dagangannya lebih laris.

Salah satu pemilik penginapan, Ny Lambang, 52, juga mengakui ada peningkatan jumlah peziarah yang berdatangan ke makam Sunan Pandanaran. “Penginapan saya sudah ada yang memesan untuk tanggal 25 Februari nanti. Kalau yang dari luar kota biasanya memesan dulu. Banyak yang dari Lampung, Sidoarjo, dan lain-lain,” kata Lambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya