SOLOPOS.COM - Makan sirih pinang menjadi tradisi warga Papua (ilustrasi/Antara)

Solopos.com, SOLO – Tradisi memakan sirih pinang di Papua dinilai berpotensi menyebarkan virus corona penyebab Covid-19, karena kebiasaan membuang air liur di sembarang tempat. Dilihat dari sejarah, tradisi tersebut sudah dikenal sejak 3.000-an tahun lalu.

Menurut arkeolog dari Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, tradisi ini diperkenalkan oleh orang Austronesia yang datang dan tinggal di pesisir utara Papua dan pulau-pulau kecil di lepas pantai Papua.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Untuk terus melestarikannya di tengah wabah virus harus diarahkan agar tidak membuang ludah sembarangan,” katanya melalui pesan elektronik, Senin (23/3/2020) seperti dilansir Bisnis.com.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan terus menggaungkan agar menerapkan perilaku hidup sehat dan bersih untuk mencegah persebaran virus corona. Hal itu termasuk melarang membuang ludah sembarangan karena penyebaran virus tersebut melalui droplet atau butiran (percikan) batuk, bersin dan air liur.

Hari juga memberikan data bahwa di Papua hingga Senin (23/3/2020)  belum ada kasus terinfeksi virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China itu. Hanya, ada sembilan pasien dalam pengawasan yang masih dirawat dan 772 orang dalam pemantauan.

Hari menyarankan agar masyarakat yang mengkonsumsi sirih pinang agar membuang ludahnya ke dalam plastik.“Sehabis mengunyah pinang, ludah pinang dibuang dalam bungkus plastik, plastiknya digandakan, setelah itu dimasukkan dalam tempat sampah,” kata dia.

Nekat Ke Solo, Pemudik Akan Dikarantina Di Sriwedari 2 Pekan

Tidak Mungkin Dilarang

Dosen arkeologi di Universitas Cendrawasih itu menerangkan, melarang masyarakat makan pinang adalah hal yang tidak mungkin karena buah pinang hasil panen biasanya dijual oleh mama-mama (ibu-ibu) Papua untuk menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.

Saat ini, Hari yang merupakan sarjana arkeologi lulusan Universitas Udayana, Bali itu mengatakan aturan larangan membuang ludah pinang sembarangan baru diberlakukan di rumah sakit dan bandara. Sedangkan di tempat umum lainnya belum dilakukan.

“Untuk itu sangat perlu dibuat peraturan daerah agar tidak boleh membuang ludah pinang secara sembarangan di tempat umum. Di Papua, mengunyah pinang merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh anak kecil hingga orang dewasa,” tutur Hari.

Dia menambahkan, mengunyah sirih pinang sudah menjadi gaya hidup sehari-hari dan bagian dalam budaya Papua yang perlu dilestarikan. "Namun yang perlu dihilangkan adalah kebiasaan membuang ludah pinang sembarangan," ujar Hari menegaskan.

Efek Sirih Pinang

Alcohol and Drug Foundation (ADF) Australia menyatakan efek sirih pinang terhadap kesehatan berbeda-beda pada setiap orang, tergantung berat badan dan kondisi tubuh, juga dosis penggunaannya.

Orang yang mengonsumsi sirih pinang mengaku merasakan euforia ringan dan nyaman, menjadi lebih waspada, jantung berdegup lebih cepat, tekanan darah meningkat, wajah memerah dan merasa hangat, serta berkeringat.

Bagi orang yang baru pertama kali mencoba sirih pinang biasa merasakan tremor, pusing, sakit perut, muntah, bahkan psikosis (gangguan kejiwaan). Untuk efek jangka panjang, ADF Australia menyebut sirih pinang mengakibatkan perubahan warga gigi dan gusi menjadi cokelat kemerahan, menyebabkan luka pada gusi dan mulut.

Bahkan sirih pinang juga disebut bisa mengakibatkan kanker atau fibrosa (pembentukan jaringan ikat yang berlebihan) pada submukosa (ini gejala awal kanker), maag, penyakit jantung, dan kecanduan. ADF juga menyertakan dampak ini: finansial, pekerjaan, dan masalah sosial.

Nekat Ke Solo, Pemudik Akan Dikarantina Di Sriwedari 2 Pekan

Bikin Sehat Atau Sebaliknya?

Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) menjelaskan biji buah pinang mengandung alkaloid seperti arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine, dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam.

Ada pula kandungan proantosianidin yang punya efek antibakteri, antivirus, antikarsinogenik (anti-penyebab kanker), antiinflamasi, antialergi, dan vasodilatasi.

Disebutkan CCRC UGM, tanaman pinang berpotensi antikanker karena memiliki efek antioksidan dan antimutagenik. Biji buah pinang berpotensi dikembangkan sebagai agen sitotoksik (pencegah pembelahan sel) yang dapat dikombinasi dengan agen kemoterapi sehingga mampu meningkatkan sensitivitas sel kanker.

BBC lewat berita Rahasia mematikan Asia: Kutukan Sirih Pinang pada 22 Maret 2015 menyebut penyirih pinang berisiko tinggi mengidap kander rongga mulut setelah beberapa dekade mengonsumsi.

Kapur yang melengkapi sirih pinang dipandang sebagai bahan pembuat abrasi di mulut yang menjadi pintu masuk kanker. Di Taiwan, negara yang juga punya tradisi menyirih pinang, disebut punya angka kematian tinggi akibat kanker rongga mulut. Taiwan menempati ranking tiga dunia dalam hal kanker mulut itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya