SOLOPOS.COM - Seratusan orang mengarak gunungan berisi apam untuk diserahkan kepada pengurus masjid, Kamis (26/11/2015). Apam yang ada di gunungan itu bakal disebar pada puncak perayaan Ya Qowiyyu, Jumat (27/11) siang. (Taufiq Sidik Prakoso/Solopos/JIBI)

Tradisi Klaten yang dikenal dengan Ya Qowiyyu menarik minat ribuan warga.

Solopos.com, KLATEN-Dua gunungan berjajar pada panggung yang berada di Lapangan Klampeyan, tak jauh dari kompleks makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten, Jumat (27/11/2015) siang. Dua gunungan berisi ratusan apam untuk disebarkan ke ribuan warga yang sudah memenuhi lapangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak berapa lama, panitia membuka puncak perayaan Ya Qowiyyu berupa sebaran apam. Namun, sebelum apam disebar, uang bertebaran di atas pengunjung. Uang disebar dari panggung acara oleh Bupati Klaten, Sunarna, yang siang itu didampingi Wakil Bupati, Sri Hartini. Pecahan uang yang disebar yakni Rp10.000, Rp20.000, hingga Rp50.000. Hal yang tak biasa terjadi pada perayaan Ya Qowiyyu itu menarik perhatian ribuan warga yang saling berebut mendapatkan uang yang disebar.

Seusai uang disebar, panitia pun mulai menyebarkan apam. Tak hanya apam yang ada di gunungan, petugas di dua tower juga menyebarkan apam ke berbagai penjuru. Total apam yang disebar diperkirakan seberat 5,5 ton. Lebih dari 15 menit apam terus disebarkan dari dua tower itu. Antusias ribuan warga tak surut demi mendapatkan apam.

Ekspedisi Mudik 2024

Meski harus berdesak-desakan mereka tetap berupaya mendapatkan apam sebanyak mungkin. Beberapa pengunjung percaya apam yang diperoleh dari perayaan itu bisa mendatangkan keberkahan.

Puncak perayaan Ya Qowiyyu yang digelar rutin setiap tahun tersebut terus menyedot minat ribuan warga. Tak hanya dari Klaten, warga berbagai daerah pun larut meramaikan perayaan tersebut.

Salah satunya Siti Sri Minarsih, 55, yang berasal dari Semarang. Sebanyak sembilan kali, ibu rumah tangga itu sudah mengikuti perayaan Ya Qowiyyu.“Saya datang bersama kelompok pengajian saya yang terdiri dari 13 orang. Tadi berangkat dari Semarang pukul 05.00 WIB sampai di sini pukul 10.00 WIB,” katanya.

Kedatangannya ke puncak perayaan Ya Qowiyyu tak lain untuk mendapatkan apam yang disebar. Kali ini, ia beruntung lantaran tak harus berdesakan dengan pengunjung lainnya lantaran berhasil mendekat ke panggung acara dan mendapatkan apam dari gunungan. Ia percaya apam yang didapatkan dari perayaan itu bisa mendatangkan berkah.

“Tadi dapat banyak. Nanti mau diberikan ke cucu-cucu saya supaya besar nanti bisa menjadi polisi,” urai dia.

Pengunjung lainnya, Yusuf, 18, mengaku mendapatkan sepuluh apam yang disebar panitia. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan selembar uang yang disebar. “Tadi dapat sepuluh apam dan uang Rp10.000,” ungkap pria asal Delanggu, Klaten.

Tradisi Ya Qowiyyu tak bisa dipisahkan dari sosok Ki Ageng Gribig tokoh yang dicintai karena kesalehan sosialnya. Kali pertama tradisi itu dimulai pada 1511 tahun alip atau sekitar 1580 masehi.

“Perayaan ini berawal sepulang beliau [Ki Ageng Gribig] dari beribadah haji. Perayaan ini tidak lepas sebagai sarana mendakwahkan Agama Islam,” kata Sekretaris Umum dan Narasumber Pengelola Pelestari Peninggalan Ki Ageng Gribig (P3AG), Muhammad Daryanta.

Daryanta mengatakan perayaan itu memiliki makna cukup dalam. “Ya Qowiyyu itu zikir Ki Ageng Gribig yang bermakna Yang Maha Kuasa hanya Allah. Apam membawa satu makna Allah Maha Pengampun. Masak, kita akan berlaku sombong kalau Allah Maha Pengampun,” katanya.

Lantaran makna tersebut, Daryanta mengatakan tradisi itu terus dilestarikan. “Yang diharapkan sepulang dari sini warga bisa membawa teladan Ki Ageng Gribig, orang yang santun, bijaksana dan imannya kuat. Warga yang datang sepulang dari sini bisa mengembangkan sikap berbuat baik kepada sesama, bisa saling memberi, dan memaafkan,” urai dia.

Meski memiliki makna cukup dalam, ia tak menampik masih ada masyarakat yang memaknai berbeda. Banyak warga yang datang hanya demi mendapatkan apam lantaran kepercayaan mereka bisa membawa keberkahan. “Ini menjadi tugas yang sangat berat untuk meluruskan hal-hal semacam itu,” ungkapnya.

Disinggung aksi sebar uang pada perayaan Ya Qowiyyu kali ini, Daryanta mengaku diluar skenario panitia. Aksi tersebut disayangkan. Daryanta menilai lebih bijaksana jika uang yang disebar disumbangkan ke masyarakat yang membutuhkan. Ia berharap kedepan tak ada lagi aksi sebar duit selama perayaan Ya Qowiyyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya