SOLOPOS.COM - Cuci karpet massal menjelang Ramadan 2015 di Muncul, Kabupaten Semarang, Minggu (14/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Tradisi jelang Ramadan sangat beragam, salah satunya ialah dengan umbah-umbah karpet di sumber mata air.

Madiunpos.com, PASURUAN – Mata air Umbulan di Desa Umbulan Kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan, bukan hanya tumpuhan warga memenuhi kebutuhan air. Sumber air ini juga menjadi wahana rekreasi rakyat, bahkan sebuah tradisi yang menyatukan warga Pasuruan juga lahir di sini.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sumber air Umbulan yang letaknya sekitar 72 Km dari Kota Surabaya memiliki debit sekitar 5.000 liter/ detik dan selama ini yang dimanfaatkan baru sekitar 10 persen dan sisanya mengalir ke laut. Selain disalurkan melalui pipa, air juga ditampung di sebuah kolam besar sebelum dialirkan ke sungai dan irigasi.

Keberadaan kolam berukuran besar tersebut melahirkan tradisi umbah-umbah karpet atau cuci karpet jelang Bulan Ramadan. Tradisi yang sudah dilakukan turun temurun ini mengakar kuat dan lestari hingga saat ini.

Menjelang datangnya bulan suci, kolam Umbulan didatangi ratusan warga dari berbagai pelosok Pasuruan. Bukan untuk berekreasi, mereka datang untuk mencuci karpet dan permadani di dalam kolam. Mereka biasanya datang berkelompok dengan membawa puluhan karpet atau permadani menumpang kendaraan pikap.

“Saya dari Lekok bawa pick up rombongan. Setiap menjelang puasa kami pasti kemari cuci karpet,” kata Nizam, warga Lekok, Senin (15/6/2015).

Siti Mualifah, warga Kelurahan Tambakan Kota Pasuruan yang datang bersama belasan tetangganya mengatakan mencuci karpet di Umbulan lebih mudah karena kolamnya luas. Selain itu airnya yang bersih dan jernih dan mengalir deras membuat dia yakin karpet-karpet yang sudah digunakan selama setahun tersebut kembali bersih dan suci.

“Sekalian bisa sambil mandi. Airnya segar dan jernih,” ujarnya.

Cuci karpet jelang Ramadan ini juga dilakukan para santri di pondok-pondok pesantren. Santri-santri ini biasanya datang dengan membawa puluhan karpet.

“Biasanya kami dua sampai tiga kali ke sini karena karpetnya banyak,” kata santri Ponpes Salafiyah, Kebonsari, Kota Pasuruan, Ahmad Rifai.

Seorang penjual kopi di sekitar kolam Umbulan, Zainab, 25, mengatakan tradisi tersebut sudah belangsung turun-temurun. “Seminggu sebelum Ramadan setiap hari kolam dipenuhi warga yang mencuci karpet. Alhamdulillah warung jadi ramai,” kata dia.

Tradisi Umbah-umbah Karpet tersebut menyatukan warga dari berbagai lokasi di Pasuruan. Mereka yang datang dari berbagai wilayah tersebut bisa saling mengenal satu sama lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya