SOLOPOS.COM - Petugas pemadam kebakaran tengah memadamkan api yang membakar TPST Piyungan, Kamis (2/11/2017). (Rheisnayu Cyntara/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SLEMAN — Pemerintah Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, bakal membangun tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) di lahan seluas 1,3 hektare. Pemkab memperkirakan anggaran yang harus disiapkan untuk pembangunan TPST ini sekitar Rp38 miliar.

Pembangunan TPST ini sangat penting mengingat saat ini kondisi TPST Piyungan telah over kapasitas. Selain itu, TPST tersebut sempat beberapa kali ditutup karena beberapa faktor.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekda Sleman, Harda Kiswaya, mengatakan TPST yang bakal dibangun itu berada di Tamanmartini, Kalasan dengan luas lahan 1,3 hektare. Lokasi calon tempat TPST itu tidak jauh dari kantor Kalurahan Tamanmartini.

Baca Juga: TPST Piyungan Ditutup 3 Hari, Pemkot Jogja: Simpan Dulu Sampahnya

Dia mengklaim sejauh ini warga Tamanmartini menerima rencana pembangunan TPST di dekat kediaman mereka.

“Alhamdulillah, warga Tamanmartini menerima keberadaan TPST ini. Kami tentu mengapresiasi kesediaan warga,” kata dia, Kamis (24/3/2022).

Harda menuturkan pembangunan TPST Tamanmartini diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp38 miliar. Rencananya anggaran pembangunan TPST itu berasal dari APBD. Anggaran pembangunan akan dimasukkan dalam APBD Perubahan 2022.

“Nanti dimasukkan dalam ABT sebab ini program baru dan mendesak,” kata dia.

Pembangunan TPST ini mendesak, supaya persoalan sampah di DIY tidak terus berlarut. Bahkan, Pemkab Sleman berencana menyiapkan dua lokasi TPST lainnya yang tersebar di zona barat dan tengah. Selain di Tamanmartini, TPST juga akan dibangun di Sendangrejo dan Minggir.

Baca Juga: TPST Piyungan Ditutup Tiga Hari, Ternyata Ini Penyebabnya

“Kalau yang di Minggir, pelaksanaannya baru tahun depan. Kami akan menggunakan dana alokasi khusus dari pusat,” ujarnya.

Harda menganggap penanganan sampah di DIY sudah mendesak. Pasalnya beberapa kali TPST Piyungan terpaksa ditutup. Alasannya sama, karena faktor overload. Rencananya pada 27 Maret mendatang, TPST tersebut akan kembali ditutup selama empat hari untuk penataan dan perbaikan infrastruktur jalan.

Harda mengimbau agar masyarakat rutin menerapkan prinsip 3R (Reduce-Reuse-Recycle) agar sampah yang benar-benar dibuang ke TPST hanya berbentuk residu.

“Ini penting disampaikan karena TPST Piyungan mengalami overload. Kalau prinsip 3R diterapkan maka volume sampah yang dibuang ke TPST akan semakin berkurang,” ujar Harda.

Baca Juga: PAD Sleman di Sektor Wisata Justru Naik saat Pandemi, Kok Bisa?

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman, Epiphana Kristiyani, menekankan peran serta masyarakat, khususnya di lingkup rumah tangga, untuk lebih aktif berkontribusi dalam pengelolaan sampah. Adapun TPST yang akan dibangun, katanya mengusung konsep zero waste.

Artinya, kata Apiphana, sampah yang dikelola tidak ada yang tersisa karena semua bagiannya dimanfaatkan kembali menggunakan teknologi.

“Sampah akan dipilah antara bahan organik dan non organik kemudian diolah lagi, sedangkan residunya dibakar untuk dijadikan briket,” terangnya.

Masing-masing TPST setiap hari diperkirakan mampu menampung 80 ton sampah. Kapasitas itu masih jauh dari volume sampah di Sleman yang per harinya mencapai 700 ton. TPST tersebut diharapkan bisa mengurangi sampah yang belum tertampung di TPST Piyungan.

“Nah kami membutuhkan kontribusi warga dalam hal pengelolaan sampah. Kami mencatat setiap tahun timbulan sampah naik 60 ton per hari. Paling banyak berasal dari rumah tangga,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya