SOLOPOS.COM - Dua siswa SMAN 2 Semarang yang menciptakan Paving Electric, Alvina Falju dan Noor Syadah, berfoto bersama Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, di gedung pertemuan SMAN 2 Semarang, Selasa (11/10/2016). (JIBI/Semarangpos.com/Istimewa/Humas Nasmoco)

Toyota Eco Youth (TEY) 2016 menjadi ajang pamer prestasi pelajar SMAN 2 Semarang yang menembus babak final dengan karya ilmiahnya brupa paving electric.

Semarangpos.com, SEMARANG – Dari 25 proposal proyek ilmiah yang lolos ke babak final kompetisi lingkungan hidup tingkat sekolah lanjutan atas (SLTA) bertajuk Toyota Eco Youth (TEY) ke-10 2016, dua di antaranya merupakan hasil karya siswa SMAN 2 Semarang. Dua karya ilmiah  itu diberi judul Fit (Paving Electric) Pembagi Listrik Berbiaya Rendah dan Eco Package for a Better Future.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari dua karya ilmiah itu, salah satu guru SMAN 2 Semarang, Murni Handayani, mengaku takjub dengan proyek paving electric. Ia pun optimistis karya ilmiah buatan dua siswinya, Alvina Falju dan Noor Syadah, itu bisa menjuarai Toyota Eco Youth (TEY) ke-10 2016 karena inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.

Paving electric ini bertujuan untuk mengubah daya tekanan menjadi listrik. Sehingga, sangat bermanfaat bagi masyarakat, terlebih dalam kondisi saat ini yang acapkali terjadi pemadaman listrik dan kebutuhan listrik yang semakin meningkat,” ujar Murni saat dijumpai Semarangpos.com di sela-sela acara kunjungan proyek TEY ke-10 oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) di SMAN 2 Semarang, Selasa (11/10/2016).

Murni menyebutkan cara kerja paving electric itu tak lain dengan menempatkan hand crank di bawah ubin yang setiap hari dilalui para siswa SMAN 2 Semarang. Hand crank itu akan terisi aliran listrik yang disalurkan ke baterai. Baterai itulah berfungsi menyimpan tenaga listrik dan bisa digunakan sewaktu-waktu.

“Jadi listriknya itu berasal dari hand crank. Tenaga listrik itu akan tercipta saat ubin yang di atasnya diinjak. Saat diinjak, ubinnya akan memantul,” ujar Murni.

Rp1,5 juta
Murni menyebutkan ide pembuatan paving electric ini berasal dari pemikiran sederhana. Ide itu muncul karena banyaknya siswa yang melewati ubin di sekitar tempat parkir sekolah. Sehingga, paving electric itu pun ditempatkan tak jauh dari tempat parkir sekolah.

“Pembuatan alat ini memakan waktu sekitar satu tahun. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli hand crank, baterai dan alat lainnya sekitar Rp1,5 juta,” beber Murni.

Kendati cukup inovatif, paving electric ini diakui Murni masih memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya, yakni jika terjadi hujan dan membuat ubin yang terdapat hand crank basah.

“Kalau hand crank-nya terkena air bisa mati atau terjadi korsleting. Jadi, solusinya di atas atau di bawah ubin perlu diberi [cat] water proof untuk melindungi dari air. Tapi, itu belum kami coba,” ujar Murni terkait karya ilmiah yang ditampilkannya dalam Toyota Eco Youth (TEY) ke-10 2016 tersebut.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya