SOLOPOS.COM - Sejumlah warga melintasi aliran sungai yang meluap dengan membawa jenazah seorang anak yang hanyut terbawa banjir bandang yang menerjang Desa Andap, New Bataan, Compostela Valley, Filipina selatan, Rabu (5/12/2012). (news.yahoo.com)

Sejumlah warga melintasi aliran sungai yang meluap dengan membawa jenazah seorang anak yang hanyut terbawa banjir bandang yang menerjang Desa Andap, New Bataan, Compostela Valley, Filipina selatan, Rabu (5/12/2012). (news.yahoo.com)

MANILA – Korban tewas akibat hantaman Topan Bopha di Filipina selatan meningkat menjadi 350 orang, dengan hampir 400 orang lainny amasih hilang. Demikian ungkap pihak berwenang, Kamis (6/12/2012), seperti dilansir yahoonews.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kantor Pertahanan Sipil melaporkan peningkatan jumlah korban tewas terjadi drastis di Provinsi Compostela Valley dan Davao Oriental, menyusul temuan banyak jenazah yang terkubur lumpur atau terbawa hanyut air bah yang melanda kawasan itu pada Selasa (4/12/2012).

Di Lembah Compostela saja, setidaknya 200 korban tewas ditemukan, termasuk 78 warga sipil dan tentara di dua kamp militer yang diubah fungsinya menjadi kamp pengungsian. “Seluruh keluarga mungkin telah hanyut,” kata Menteri Dalam Negeri Mar Roxas, yang mengunjungi New Bataan, Rabu (5/12/2012).

Kota pertanian berpolupasi 45.000 jiwa tersebut kini rata akibat timbunan lumpul yang dibawa air bah, dengan rumah-rumah dan pepohonan roboh akibat air dan tiupan angin kencang.

Guna keperluan identifikasi, jenazah para korban diletakkan berjajar di tanah agar bisa dilihat oleh orang-orang yang mencari kerabat mereka yang hilang. Beberapa jenazah tersebut dalam kondisi buruk atau bahkan hancur akibat terseret banjir dan tertimpa batu-batuan atau puing-puing bangunan.

Seorang ayah menangis pilu ketika menemukan jenazah anaknya di antara para korban tewas tersebut. Sementara seorang ibu menangis karena tidak menemukan anak-anaknya yang hilang.

“Saya punya tiga anak,” katanya berulang-ulang sambil mengacungkan tiga jarinya ke arah seorang juru kamera televisi.

Dionisia Requinto, 43, merasa beruntung dapat bertahan bersama suami dan delapan anak mereka setelah banjir mengepung rumah mereka. Mereka harus melarikan diri dan mendaki bukit sambil terus berusaha menghindari batu-batuan longsor dan pepohonan yang tumbang.

“Air naik begitu cepat,” katanya.

“Itu sangat mengerikan. Saya pikir itu akan menjadi akhir bagi [hidup] kami.”

Parahnya terjangan Topan Bopha ini telah mengakibatkan semua gedung di kawasan tersebut rata dengan tanah. Para pengungsi pun terancam tak mendapatkan tempat perlindungan sementara.

“Kami punya masalah untuk menempatkan para pengungsi. Semua gedung pusat evakuasi telah kehilangan atapnya,” kata Gubernur Davao Oriental, Corazon Malanyaon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya