BANTUL—Serangga tomcat yang mewabah di berbagai daerah diduga sebagai salah satu imbas dari maraknya alih fungsi lahan pertanian.
“Bisa jadi seperti itu. Dugaan tersebut logis adanya,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul, Edy Suhariyanta kepada Harian Jogja, Jumat (23/3) siang.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
Namun demikian, dia menambahkan, dugaan itu harus ditindaklanjuti dengan penelitian yang mendalam oleh berbagai kalangan yang kompeten. Data yang dihimpun Harian Jogja, sekitar 40 hektare lahan subur di Bantul tiap tahun beralih fungsi menjadi kawasan perumahan. Saat ini, masih ada sekitar 13.000 hektare lahan subur yang dimanfaatkan untuk areal pertanian.
Menurut Edy, tomcat sejatinya sahabat manusia, bukan hama apalagi wabah. Sebab, dalam ilmu hama penyakit, tomcat adalah pemakan (predator) wereng pada siang hari. Sedangkan pada malam hari, layaknya serangga pada umumnya, tomcat tertarik pada cahaya atau sinar lampu.
Tedi Kusyairi, 30, warga Dusun Manukan, Sendangsari, Pajangan, kemarin. Gara-gara tidak sengaja mengusap serangga yang hinggap di wajahnya, Senin (19/3) silam, kedua pelupuk matanya melepuh hingga meninggalkan bekas seperti luka bakar. “Total habis Rp175.000 untuk berobat di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Sekarang sudah agak mendingan, dikasih obat dan salep,” ungkapnya. (sun)