SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi kerukunan antar agama (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Toleransi beragama dan berbudaya di DIY menjadi percontohan

Harianjogja.com, SLEMAN– Kondisi keberagaman agama dan kultur yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta sangat bisa digunakan sebagai percontohan bagi kota lain.  Meskipun akhir-akhir ini marak kasus tentang intoleransi hal tersebut tidak mengendurkan persaudaraan bagi umat beragama khususnya di wilayah DIY.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Untuk menyikapi maraknya kasus intoleran akhir-akhir ini, Forum Pengasuh Pesantren Muda Jawa Timur (FK2M Jatim) mengadakan kunjungan ke Komunitas GUSDURian Yogyakarta untuk berdialog dengan menghadirkan beberapa tokoh agama.

Ketua LKK PWNU Jawa Timur sekaligus koordinator kegiatan, Zahrul Azhar As’ad, mengatakan dialog kali ini lebih untuk kegiatan untuk bersilaturahmi dan membangun tali persaudaraan yang kuat.

Dengan kegiatan dialog lintas iman bertema Bersama dalam Keberagaman untuk Membangun Bangsa ini dikatakannya bukan untuk mencampur adukan pikiran antar agama atau agamaisasi, namun lebih pada untuk memantapkan dan meyakini bahwa semua perbedaan yang ada dalam agama tidak harus menjadikan pemicu perpecahan.

“Justru perbedaan ini harus kita sikapi untuk kedamaian bagi kita semua,” ujarnya saat berdialog di Forest Kitchen dan Gelato, Depok , Sleman, Kamis (18/8/2016).

Ia menambahkan DIY sudah sangat terkenal sebagai kota yang sangat bertoleransi, kerukunan antar umat beragama di daerah ini bahkan layak dijadikan sebuah percontohan bagi umat di daerah lain. Keberagaman multi agama yang dibawa oleh masyarakat pendatang ataupun mahasiswa dan pelajar di Jogja sudahlah baik.

“Hanya di Jogja harus lebih sering mengadakan dialog-dialog seperti ini, bisa sebagai timbal balik dari sini saya akan membawa ilmu untuk umat di Jawa timur, sebaliknya masyarakat jogja juga bisa mengambil contoh dari masyarakat di Jawa Timur,” ujar dia.

Dikatakannya umat di Jawa Timur memang sering mengadakan kegiatan dialog semacam ini, dikarenakan hal tersebut sangat berfungsi untuk mengendalikan keberagaman pemikiran umat serta untuk semakin memperkuat rasa toleransi yang ada di masyarakat.

Dia menambahkan jika rasa toleransi tersebut sudah terjalin dengan baik, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah penekanan untuk bagaimana toleransi tersebut bukan hanya sekedar formalitas tetapi dari hati dan memang bisa dirasakan oleh umat lain.

Sementara itu salah satu perwakilan dari tokoh Gereja, Pendeta Indriyanto Adiatmo mengatakan, dialog ini adalah sebuah keterbukaan yang sangat luar biasa, harapannya ia juga bisa membawa kalangan muda geraja untuk memiliki sikap yang sama yakni rasa untuk toleransi antar umat beragama.

“Kalau umat beragama di DIY sangat bertoleransi, maka sikap kelompok kecil yang mencoba mengoyak kedamaian di wilayah ini akan tidak ada artinya. Hal yang bersifat provokasi tersebut harus bisa diredam agar terciptanya Jogja yang bertoleransi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya