SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Dusun Cumpleng, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, berunjuk rasa di jalan tol, Senin (15/8/2016). Mereka meminta dibuatkan underpass sebagai akses menyeberangi jalan tol. (Moh. Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono, sejumlah warga Tangkil, Sragen mendesak pembangunan underpass di jalan tol yang melintasi Desa Tangkil.

Solopos.com, SRAGEN–Ratusan warga Dusun Cumpleng, Desa Tangkil, Kecamatan Sragen, menggelar unjuk rasa di jalan tol yang berada tak jauh dari tempat tinggal mereka, Senin (15/8/2016). Warga menuntut pelaksana proyek membuatkan underpass sebagai akses menyeberangi jalan tol.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pantauan Solopos.com di lokasi, ratusan warga berdatangan ke lokasi dengan membawa spanduk besar bertuliskan, “Jalan peninggalan nenek moyangku jangan ditutup. Jalan disegel. Jalan warga harga mati.” Warga memasang tali rafia supaya jalan alternatif penghubung Kota Sragen dengan sejumlah desa di Kecamatan Gesi, Tangen dan Sukodono itu tidak disentuh oleh pekerja proyek.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami sudah mulai waswas ketika proses pengecoran jalan dimulai dalam sepekan terakhir. Kami curiga pelaksana proyek tidak membuatkan akses underpass karena permukaan jalan tol sudah dicor beton. Kami lalu meminta pekerja menghentikan sementara proses pengecoran,” kata Ponimin, 45, warga setempat saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Sukadi, 50, warga lain mengatakan usulan pembangunan underpass sudah disampaikan saat ada kunjungan Wakil Bupati Dedy Endriyatno beserta rombongan PT Solo Ngawi Jaya dan PT Waskita Karya pada Mei lalu. Meski demikian, hingga kini warga belum mendapat kepastian terkait usulan underpass itu.

”Warga berkukuh minta underpass. Jalan ini sangat penting bagi warga. Jalan ini juga biasa dijadikan jalur evakuasi saat terjadi banjir. Jalan ini tidak pernah sepi orang. Banyak anak-anak berangkat dan pulang sekolah mengendarai sepeda angin melintasi jalan ini. Banyak pula petani yang berangkat berladang menggunakan sepeda. Kalau dibangun overpass, mereka sudah tidak kuat melintasi jalan menanjak,” terang Sukadi.

Sementara itu, Direktur Utama PT SNJ David Wijayatno, mengatakan usulan pembangunan akses penyeberangan jalan tol sudah diusulkan ke Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Menurutnya, usulan pembangunan akses jalan itu sudah dibahas di BPJT. Tim dari BPJT juga sudah menyurvei lokasi. Meski demikian, lanjut David, pembangunan underpass di lokasi tidak memungkinkan karena di sebelah barat yang berjarak sekitar 300 meter sudah dibangun overpass.

”Secara teknis, pembangunan underpass tidak memungkinkan. Tingkat kelandaiannya tidak lebih dari 5%. Kalau dibangun underpass, ketinggian bisa sampai 7 meter. Pada jarak 150 meter dari lokasi harus mulai menanjak. Pembangunan underpass akan membuat jalan tol bergelombang,” jelas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya