SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Denggungan, Banyudono, memasang spanduk protes pembangunan overpass Tol Solo-Salatiga, Minggu (25/2/2018). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Warga Donohudan, Boyolali, akhirnya legawa meski tuntutan mereka agar overpass dibuat lurus tak dipenuhi.

Solopos.com, BOYOLALI — Warga Desa Donohudan, Ngemplak, Boyolali, akhirnya legawa meski sempat kecewa lantaran tuntutan mereka agar overpass di desa tersebut dibuat lurus tak dipenuhi. Mereka kecewa karena pembangunan overpass yang berbelok ke barat dikhawatirkan akan mematikan potensi ekonomi wilayah di sekitarnya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu warga Donohudan, Wahyu Sulistyo, mengaku sangat kecewa atas keputusan yang diambil Satker Tol Solo-Kertosono (Soker) dan Bupati Boyolali. Meski demikian, sebagai warga yang baik dia siap menaati putusan dengan legawa.

“Legawa atau tidak, ya kami harus menerima. Karena ini sudah keputusan final di tangan Pak Bupati. Meski secara jujur, kami kecewa,” jelas Wahyu kepada Solopos.com, Kamis (1/3/2018).

Pemkab Boyolali bersama Satker Tol Soker telah memutuskan konstruksi overpass tetap berbelok ke arah barat. Hal ini bertolak belakang dengan kemauan sejumlah warga di sekitarnya yang meminta overpass tetap lurus. Alasan mereka, jika overpass berbelok akan menyulitkan akses warga dan mematikan kawasan di sekitarnya.

Baca:

Namun, Satker menilai pembelokan overpass lantaran rencana membuat overpass lurus ditolak sebagian warga setempat. Pro kontra di lingkungan warga sempat berlarut-larut dan tak kunjung usai.

Satker dan Bupati akhirnya memutuskan membuat konstruksi overpass berbelok ke arah barat di mana masih ada lahan sempadan tol. “Hasil rapat antara warga, pemerintah desa, pemerintah kecamatan, dan utusan Bupati Boyolali memutuskan overpass tetap dibelokkan ke barat. Ini sudah menjadi keputusan final,” ujar Camat Ngemplak, Noegroho, saat dihubungi Solopos.com.

Noegroho memastikan keputusan itu sudah melalui kajian matang dari berbagai pihak. Tak hanya kajian secara teknis, namun juga kajian efisiensi biaya dan waktu.

Atas dasar itulah, Noegroho mengatakan proyek pembangunan overpass di Donohudan harus dilanjutkan dan diselesaikan secepatnya. Warga yang tak setuju tak memiliki wewenang menghalangi pelaksana proyek di lapangan.

Pernyataan Noegroho ini juga ditegaskan Kepala Desa Donohudan, Sri Sumantinah. Menurut Sumantinah, keputusan untuk membelokkan overpass ke arah barat sudah melalui kajian dan rapat berkali-kali yang melibatkan unsur tokoh warga dan stakeholders.

“Pembelokan overpass ini sebenarnya adalah tuntutan warga juga. Dulu mereka menolak overpass lurus dan minta dibelokkan. Sekarang setelah dibelokkan, malah warga lainnya menolak,” terangnya.

Sebelumnya, sejumlah warga yang tak terima dengan keputusan itu melakukan aksi. Mereka mengganggu dan berupaya menghalangi pekerja overpass di lapangan dengan membakar ban.

“Tempo hari mereka bakar ban di lokasi proyek. Pekerja merasa tak nyaman dan akhirnya enggak melanjutkan pekerjaan. Ini sangat kami sesalkan,” terangnya.

Saat ini, proyek overpass kembali dilanjutkan dan mendapatkan jaminan keamanan dari aparat kepolisian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya