SOLOPOS.COM - Suasana pengerjaan proyek tol Solo-Kertosono di wilayah Kecamatan Ngemplak, Boyolali, beberapa waktu lalu. Sejumlah petani mengeluhkan tertutupnya saluran irigasi akibat proyek tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

Suasana pengerjaan proyek tol Solo-Kertosono di wilayah Kecamatan Ngemplak, Boyolali, beberapa waktu lalu. Sejumlah petani mengeluhkan tertutupnya saluran irigasi akibat proyek tersebut. (JIBI/SOLOPOS/Septhia Ryanthie)

BOYOLALI – Saluran irigasi yang berada di lima desa di Kecamatan Ngemplak tertutup tanah pembangunan jalan tol Solo-Kertosono. Hal tersebut membuat petani setempat menginginkan irigasi dikembalikan seperti semula.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Tri Mandiri Sejahtera, Samidi, lima desa yang saluran irigasinya tertutup antara lain Desa Ngesrep, Desa Sindon, Desa Donohudan, Desa Sawahan dan Desa Pandeyan. “Saluran yang tertutup meliputi saluran induk (primer), saluran sekunder, saluran tersier dan sistem drainase di sekitar sawah. Sementara itu, beberapa bulan mendatang sudah masuk masa tanam (MT) 1, kami khawatir jika saat mendekati masa tanam irigasi belum berfungsi seperti semula. Keberlangsungan MT 1 rentan mengalami hambatan, “ katanya kepada Solopos.com.

Ia menambahkan, Boyolali, khususnya Kecamatan Ngemplak merupakan salah satu penyumbang bagi lumbung padi Jawa Tengah. Jika MT terhambat, ia khawatir adanya ancaman rawan pangan di beberapa desa di Ngamplak. “Pembangunan jalan tol akan melewati 9 desa dari 12 desa di Kecamatan Ngemplak, padahal sekarang sudah ada lima desa yang irigasinya tertutup. Jika irigasi di lima desa tidak segera diperbaiki, dikhawatirkan akan lebih banyak desa yang mengalami nasib serupa,” lanjutnya.

Lebih lanjut Samidi menjelaskan, selama ini persoalan irigasi sudah sering dibahas dalam rapat bersama antara Satuan Kerja (Satker) Pembangunan Jalan Tol Solo Kertosono, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Jawa Tengah dan GP3A. Meski demikian, ia menilai tindak lanjut dari pembahasan itu bersifat lamban, karena hingga saat ini belum ada perbaikan yang dilakukan oleh Satker Pembangunan jalan tol. “Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, di masing-masing desa yang irigasinya tertutup beberapa aparat desa sudah mulai melakukan pemantauan lebih lanjut. Jika penanganannya masih lambat, kami akan mengirim pengaduan ke Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Pusat,” tegasnya.

Ditemui terpisah, dua orang warga Desa Donohudan, Dalimo dan Muginem, mengakui adanya saluran irigasi yang tertutup pembangunan jalan tol di sekitar tempat tinggal mereka. Keduanya menerangkan saluran irigasi di sawah sebelah timur Desa Donohudan tersebut merupakan saluran irigasi untuk mengairi sawah di Desa Pandeyan. “Sudah tertutup sejak pembangunan jalan tol dimulai. Dulu pihak proyek sudah akan memperbaiki, tetapi karena volume air di saluran irigasi tersebut besar, perbaikan ditolak warga. Alasannya, pipa saluran yang diperuntukkan bagi perbaikan kurang besar, warga khawatir irigasi justru nantinya terhambat, baik karena sampah atau bocor,” terang Dalimo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya