SOLOPOS.COM - Anom Suratno, warga Sawahan, Ngemplak, menunjukkan bukti berupa surat peminjaman lahan sawah yang dilayangkan pelaksana tol kepadanya. Foto diambil Senin (12/9/2016). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Tol Solo-Kertosono di Boyolali masih menyisakan masalah pembebasan lahan.

Solopos.com, BOYOLALI – Tanah pertanian seluas 5.000 meter persegi di sepanjang ruas interchange jalan tol Solo-Kertosono di Desa Sawahan, Ngemplak, Boyolali diuruk tanah tol tanpa ada kesepakatan pembayaran kompensasinya sebelumnya. Para pemilik lahan meradang dan berencana menutup paksa proyek tol di area lahannya tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu pemilik lahan, Anom Suratno, mengaku selama ini sudah berulang kali menemui pelaksana tol ihwal lahannya yang dipinjam pelaksana proyek tol. Namun, pihak tol menjanjikan dalam waktu dekat segera mencairkan kompensasi atas lahan sewa itu. “Padahal, lahan kami dipakai sejak Lebaran lalu sampai sekarang, tapi belum ada kejelasan uang sewanya,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, di kediamannya RT 004/ RW 001 Desa Sawahan, Senin (12/9/2016).

Lahan milik Anom seluas 3.000 meter persegi. Lokasinya berada di sisi utara jembatan pintu masuk tol dari arah Klodran. Selain dirinya, ada dua warga lainnya yang juga bernasib sama dengannya. Mereka adalah Sutrisno dengan luas lahan 924 meter persegi dan Wakimin Saputra dengan luas lahan 1.243 meter persegi. Lahan mereka juga berada di lokasi yang searah dengan milik Anom.

Ekspedisi Mudik 2024

Anom dan rekan-rekannya mengancam akan memasang portal untuk menutup akses pekerjaan tol hari ini, Selasa (13/9/2016). Pihaknya mengaku sudah melayangkan surat izin ke polsek setempat, koramil, serta pihak terkait lainnya, terkait aksinya memblokir proyek.

“Kami bukannya menghalang-halangi proyek tol, namun hak-hak kami diperjelas dulu dan segera berikan,” ujar Anom.

Warga lainnya, Sutrisno, mengatakan alasan utama ia mempermasalahkan tanah sewanya yang hingga kini tak kunjung diberikan kompensasi. Salah satunya ialah mumpung proyek masih berupa pengurukan tanah di atas lahannya.

“Kalau nanti sudah jadi tol dan dipagari, lalu kami baru menuntut, malah saya dikira makar. Makanya, saya meminta hak kami sebelum telanjur,” paparnya.

Menanggapi hal itu, pegawai humas pelaksana tol, Supriyanto, mengaku akan segera melacak kebenaran informasi tersebut. Pasalnya, kata dia, sangat janggal jika pelaksana tol sampai berani menguruk lahan warga sementara belum ada kesepakatan.

Supriyanto juga tak begitu percaya jika ada lahan sewa milik warga ada yang belum dibayar. Pasalnya, selama ini setiap lahan sewa milik warga sudah dibayar semuanya.

“Saya akan cek informasi ini. Apakah memang benar ada warga yang belum terima uang sewa, atau memang ada petugas yang tak memberikan uang sewa kepada warga,” ujarnya.

Terkait ancaman warga yang akan menutup akses proyek, hal itu tak akan dipermasalahkan selama tak berbuat anarkistis.

“Silakan berdemo, menyampikan pendapat. Asal tak anarkistis dan izin resmi ke petugas berwenang,” sahut Very, pegawai humas lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya