SOLOPOS.COM - Ende Reza (kanan) saat pentas pantomim di LIP, Jogja belum lama ini (Kurniyanto/JIBI/Harian Jogja)

Ende Reza (kanan) saat pentas pantomim di LIP, Jogja belum lama ini (Kurniyanto/JIBI/Harian Jogja)

Tidak banyak orang yang tahu, dunia seni dengan dunia motivasi sejatinya memiliki kedekatan. Keduanya tidak berjalan sendiri-sendiri namun saling berhubungan erat. Adalah Ende Reza, 49, seniman pantomim  asal Jogja yang mencoba mendekatkan dunia yang berbeda itu ke dalam panggung pentas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alumnus Asdrafi 1993 yang sudah 13 tahun belakangan ini berkecimpung dalam dunia pengembangan diri ini juga memasukkan unsur pantomim saat memberikan spirit kepada orang yang memiliki degradasi mental.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat ditemui Harian Jogja belum lama ini, Ende sapaan akrabnya mengaku perkenalan dirinya dengan dunia motivasi terjadi pada 1997 silam. Pada saat itu, Ende mendapatkan tawaran dari sebuah lembaga psikologi di Jakarta untuk menjadi seorang motivator. Pria kelahiran 14 September 1972 itu mengungkapkan, alasan mengapa lembaga psikolog itu mencari seorang seniman pantomim karena dianggap memiliki kepercayaan diri yang kuat dibanding psikolog sendiri.

“Kenapa mereka mencari kami karena kami telah terbiasa belajar sadar tubuh dan bentuk, dua hal itu kami dapatkan di sekolah teater,” katanya

Saat itu juga, dirinya bersaing dengan ribuan pemain pantomim lain yang tersebar di Indonesia. Dewa fortuna pun akhirnya berpihak kepada dia untuk masuk menjadi 12 besar hingga kemudian menjadi seorang motivator.

“Selanjutnya saya bekerja di lembaga itu selama lima tahun. Hingga kemudian saya memutuskan keluar untuk berjalan sendiri dengan kata lain mandiri,” tandasnya. Dalam kemandirian itu pula, ayah dari Faiza Fitria dan suami Nina Arta ini menjadi seniman  pantomim yang menjadi motivator di sejumlah  perusahaan swasta hingga instansi.

“Andre Wongso memotivasi orang layaknya artis dan atlet wushu. Kalau Mario Teguh memakai unsur teatrikal saat berbincang memotivasi orang, sedangkan saya menggunakan pantomim. Ini tentu berbeda dengan yang lain,” tandasnya.

Motivasi yang diterapkan dengan memasukkan unsure pantonim, diakuinya cukup menghibur. Gerakan tubuh serta mimik wajah yang dipelajari sejak kuliah di Asdrafi saling melengkapi  saat ia memotivasi pasien.

Ende mengatakan perkembangan pantomim di Jogja, utamanya di Indoneisa, perlu berbagai inovasi salah satunya dengan memasukkan unsur motivasi agar pertunjukkan pantomim tidak semakin dijauhi penonton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya