SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Antara)

Toko kelontong di Bantul berguguran karena menjamurnya toko modern

Harianjogja.com, BANTUL– Toko kelontong di Bantul mulai berguguran seiring menjamurnya toko modern di wilayah ini. Masyarakat meminta pemerintah melindungi toko tradisional tersebut.

Promosi Keturunan atau Lokal, Mereka Pembela Garuda di Dada

Bergugurannya toko kelontong yang berlokasi di sekitar toko modern terjadi di sejumlah tempat di Bantul. Di Desa Sabdodadi, Bantul tercatat ada empat toko kelontong yang kini tutup akibat terdampak toko modern.

Suradal, warga Dusun Dawang, Sabdodadi, Bantul mengungkapkan, sejak tiga toko modern berjejaring nasional buka di wilayah ini sekitar tiga tahun lalu, satu per satu toko kelontong milik warga mati.

Padahal toko tersebut selama ini menjadi sumber penghidupan warga. “Warga yang punya toko kelontong enggak kuat harus bayar sewa toko atau kios, tapi penjualan menurun karena pembeli beralih ke toko modern,” ungkap lelaki 70 tahun itu ditemui Selasa (22/3/2015).

Menurut Suradal, tidak hanya toko kelontong yang berguguran melainkan juga pedagang kaki lima yang biasa menjual rokok dan minuman kemasan di sekitar Jalan Parangtritis tempat toko modern berdiri.

“Dulu banyak lapak-lapak yang jual rokok dan minuman sekarang sudah hilang, enggak ada yang beli,” ujarnya lagi.

Saat ini, tinggal toko kelontong milik Suradal yang beroperasi. Toko ini berjarak sekitar 200 meter dari toko modern tersebut. Ia harus bersiasat agar tokonya tetap hidup. Misalnya menjual produk yang tidak ada di toko modern. Lainnya menjual produk yang sama namun dengan harga bersaing.

“Di toko modern enggak ada jual gas, makanya saya jual gas. Kalau minuman sudah enggak jual karena enggak laku. Dulu sebelum ada toko modern, saya jualan minuman banyak sekali,” ungkapnya.

Ia berharap pemerintah memberi perlindungan bagi pedagang kecil seperti dirinya agar toko modern tidak mematikan perdagangan tradisional seperti toko kelontong.

Di Srimulyo, Piyungan Bantul kondisi serupa juga terjadi. Anggota Masyarakat Peduli Piyungan (MPP) Liliek Raharjo menuturkan, terdapat sembilan hingga sepuluh toko kelontong yang mengalami penurunan omzet secara drastis sejak kehadiran toko modern berjejaring nasional di wilayah ini pada 2007 lalu. Tiga toko di antaranya kini tutup karena tidak kuat merugi.

Sejatinya kata Liliek keberadaan toko modern lebih banyak berdampak pada toko kelontong ketimbang pasar tradisional. “Jelas berdampak ke toko kelontong,” kata Liliek Raharjo.

Padahal toko kelontong selama ini menjadi sumber penghidupan masyarakat kecil. Keberadaan toko modern di Jalan Wonosari tersebut juga beroperasi selama 24 jam.

Sesuai Perda No.17/2012, pemerintah tidak dapat menutup toko modern yang berdekatan dengan pasar tradisional selama toko itu dibangun sebelum 2010 atau saat Perda pertama mengenai toko modern diterbitkan. Toko modern boleh dibangun selama jaraknya dengan pasar tradisional mencapai lebh dari tiga kilo meter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya