SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tiyas Nur Haryani, Alumnus FISIP Universitas Sebelas Maret Alumnus Lembaga Pelatihan Jurnalistik SOLOPOS (LPJS)

Kota Solo terus-menerus bebenah diri. Secara kasat mata, pembangunan dan pemerataan pelayanan publik selalu diupayakan meningkatLayanan transportasi modern, taman kota yang semakin menjamur dan penyediaan ruang srawung warga seperti city walk dan area car free day dan berbagai event kota menunjukkan geliat perkembangan Kota Solo.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Pencitraan kota dikejar sebagai upaya promosi pariwisata kota. Kota Solo dikembangkan menjadi kota meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) sehingga perlu penyediaan sarana publik yang humanis. Selain masalah moda trasnportasi humanis dan pengembangan kawasan pedestrian, hal terpenting yang seharusnya terjamin yaitu ketersediaannya adalah toilet publik yang nyaman dan aman.

Kota Solo memang kurang memperhatikan kebutuhan toilet publik ini. Secaraa kuantitas dan kualitas, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo belum memberikan perhatian pada penyediaan toilet publik. Faktanya toilet publik merupakan satu hal yang sangat vital namun acapkali terlupakan. Bagi Kota Solo yang dikembangkan menjadi kota budaya, toilet publik adalah kebutuhan mendesak.

Pada Maret-April lalu, Pemkot Solo mengadakan Lomba Desain Toilet Publik dengan tema Solo Ecocultural City: Unik, Portabel dan Fungsional. Ruang terbuka yang ditentukan dalam lomba desain toilet publik ini adalah kawasan Ngarsopuran, Gladak Langen Bogan (Galabo), Taman Kota Monumen 45 Banjarsari dan area city walk. Lomba desain toilet publik yang diadakan oleh Pemkota Solo ini lebih cenderung menitikberatkan pada aspek ecocultural.

Di tengah meningkatnya pemanasan global, saat ini telah banyak kita jumpai konsep dengan sebutan eco di awal kalimatnya. Ecocultural merupakan konsep pengembangan kota yang berbasis nuansa budaya yang ramah lingkungan. Hal tersebut dirasa tepat sekali diterapkan dalam pembangunan tata ruang Kota Solo yang memiliki slogan Tri Krida Utama Kota Solo, yaitu sebagai kota budaya, kota pariwisata dan kota olahraga. Dalam pelaksanaannya ditunjang dengan program Solo Berseri (bersih, sehat, rapi dan indah) yang dibingkai dalam slogan Solo The Spirit of Java.

Kesuksesan penyelamatan lingkungan hidup membutuhkan upaya bersama dan simultan dari seluruh elemen masyarakat (organisasi dan individu) maupun pemerintah dengan pelibatan semua instansi terkait. Lomba desain toilet publik di Kota Solo yang diselenggarakan oleh Dinas Tata Ruang Kota mampu menjembatani pemerintah dan masyarakat dalam sinergi dan membangun jaringan kerja mewujudkan fasilitas publik yan nyaman dan aman.

Inisiatif ini menjadi sarana untuk membumikan gaya hidup masyarakat yang mampu berperan menjaga keseimbangan dan keamanan ekologi sehingga tercipta sistem kehidupan yang sehat. Harapannya, hasil lomba ini adalah pengadaan toilet publik yang berperspektif health and green life yang mampu mendukung upaya mengurangi pencemaran lingkungan dan menciptakan sanitasi yang baik. Penyediaan toilet publik ini mampu menghindarkan masyarakat dari kebiasan buruk membuang air kecil (urinate) sembarangan di ruang terbuka. Adakah yang terlupakan dalam penyediaan sarana publik satu ini?

 

Kebutuhan Sasaran

Kebijakan dengan sasaran publik seharusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sasaran itu sendiri. Pembangunan toilet publik takkan menyentuh sasaran secara optimal jika hanya memperhatikan aspek kebudayaan dan lingkungan. Aksesibilitas dari semua pihak harus menjadi pertimbangan ketika Pemkot Solo hendak merealisasikan pembangunan toilet publik. Aspek responsif gender sering terlupakan dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan publik. Pembangunan toilet publik seharusnya mengutanakan visi responsif gender ini karena pengarusutamaan gender telah menjadi salah satu dasar politik pembangunan di Kota Solo.

Menyoal gender tidak berarti kita hanya membahas perempuan dan memperjuangkan kaum perempuan. Gender tidak semata-mata tentang laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga anak laki-laki dan perempuan, orang-orang lanjut usia atau kelompok orang-orang yang mempunyai kebiasaan yang berbeda, kalangan penyandang cacat atau difabel dan juga orang-orang yang mempunyai tingkat ekonomi yang kurang mampu.

Responsif gender berarti memperhatikan kebutuhan setiap kelompok. Kebijakan responsif gender merupakan alat untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Adil berarti sesuai kebutuhan masing-masing kelompok. Implementasi kebijakan responsif gender dari segi bangunan salah satunya dapat diimplementasikan dalam pengadaan toilet publik. Hal kecil pertama yang secara riil dapat diimplementasikan yaitu dengan menempatkan toilet perempuan dan laki-laki secara terpisah.

Karya peserta lomba desain toilet publik yang dipamerkan di Balai Soejatmoko Solo menunjukkan para peserta lomba berhasil menawarkan konsep yang mengedepankan aspek budaya dan lingkungan. Namun, beberapa di antara desain-desain yang dilombakan itu ada yang belum memperhatikan persoalan gender. Ada desain yang hanya berupa satu ruang toilet untuk laki-laki dan perempuan.

Pengadaan toilet untuk perempuan yang lebih banyak secara kuantitas menjadi titik poin berikutnya bagi toilet yang responsif gender. Kebutuhan laki-laki dan perempuan terkait toilet memang berbeda. Perempuan yang dalam masa menstruasi membutuhkan waktu yang lebih lama di dalam toilet. Kamar toilet perempuan yang lebih banyak bertujuan untuk mengatasi jumlah antrean di luar.

Fasilitas toilet publik memang merupakan fasilitas yang dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan membuang hajat yang bisa digunakan oleh masyarakat umum tanpa membedakan usia dan jenis kelamin. Jika melihat dengan kacamata gender yang merupakan hasil konstruksi sosial, definisi fasilitas toilet publik yang demikian semestinya bisa didefinisikan ulang. Dari sisi  kebutuhan jelas ada perbedaan dalam penggunaan toilet antara laki-laki, perempuan, kaum difabel, anak kecil dan kalangan orang lanjut usia (lansia) sehingga pembangunan fisik toiletnya perlu dibedakan untuk mengakomodasi kebutuhan mereka.

Harus terbangun kesadaran kritis untuk mengelola lingkungan hidup oleh semua pihak dan pemerataan pelayanan umum bagi semua pihak, sekaligus mulai belajar untuk membangun kesadaran kolektif dalam merawat lingkungan dan perencanaan pembangunan tidak sekadar merespons perkembangan kota secara seremonial. Masyarakat, pemerintah dan/atau dunia usaha diharapkan memperhatikan pilihan-pilihan kebijakan dalam rangka mengatasi kerentanan pada alam dan lingkungan sosial untuk mendukung kehidupan dan penghidupan yang berkelanjutan. Penyediaan toilet publik yang berpihak pada pelestarian lingkungan dan responsif gender jelas selaras dengan hal ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya