SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA—Tentara Nasional Indonesia meminta komersialisasi Bandara Halim Perdanakusuma tetap memperhatikan kepentingan Angkatan Udara mengingat masih adanya latihan dan penerbangan VIP/VVIP di bandara itu.

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksmana Muda Iskandar Sitompul mengatakan dengan adanya penerbangan komersil, satu landasan pacu atau runway bakal dipakai bersama oleh maskapai berjadwal, carter, VVIP, dan Angkatan Udara.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Bagi TNI harus tetap diwadahi, karena penggunaan VVIP, Presiden, penerbangan Panglima TNI, menteri-menteri, di sana semua. Di sana juga tempat latihan terjun, tentunya ini perlu ditata lagi,” katanya di Jakarta, Senin (25/11/2013).

Pihaknya sudah membicarakan rencana komersialisasi Halim dengan pemangku kepentingan lain yakni Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan beberapa pekan sebelumnya. Hanya saja belum ada titik temu secara final dalam hal ini.

Penerbangan VVIP mengharuskan tidak ada pergerakan di runway (clear) dalam 30 menit sebelum kedatangan dan landasan clear 15 menit setelah take off. “Dengan keharusan clear itu perlu disinergikan karena sesuai aturan, jangan sampai istilahnya ada ketidakpatuhan. Perlu dicari titik temu,” katanya.

Baginya sebagai pintu gerbang negara, bandara dan pelabuhan sebetulnya harus dibuat senyaman mungkin. Karena itu pihaknya mendukung komersialisasi Bandara Halim demi kepentingan nasional, sementara menunjang operasional Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng yang penuh.

TNI pun mendukung percepatan pengembangan bandara lain di sekitar Jakarta yakni Bandara Karawang dan Kertajati. Hanya saja, dalam pengembangan Halim patut diakomodasi TNI AU mengingat tak mungkin pindah dari Halim ke Pondok Cabe.

“Ada basis operasi kami, itu bersebelahan dengan pesawat komersil, lalu carter. Adapun carter kan sekali sekali, sedangkan AU hampir tiap hari. Belum lagi ada VVIP, 30 menit harus clear runway, di Halim skuandron kami juga banyak,” tegasnya.

Landasan Udara (Lanud) Halim menjadi satu dari 19 lanud yang menjadi basis operasi Panglima Komando Operasi TNI AU I. Lanud lain di antaranya Atang Sendjaja, Husein Sastranegara, dan Supadio.

Lanud Halim secara keseluruhan punya daerah 1.700 hektar dan merupakan satu dari enam Lanud Kelas A (utama) dengan landasan pacu 3.000 meter.

Situs resmi TNI AU mencatat Halim bisa dikatakan menjadi pangkalan terlengkap karena selain tiga Skadron Udara dan satu Skadron Teknik, pangkalan ini ditempati lebih 20 satuan lain di antaranya Markas Komando Operasi TNI AU I, Markas Komando Pendidikan TNI AU, Markas Komando Pertahanan Udara Nasional, dan Markas Komando Sektor Hanudnas I.

Dinas Survei dan Pemotretan Udara, Dinas Psikologi TNI AU, dan Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. Esnawan Antariksa juga berada di bandara yang berganti nama menjadi Halim dari sebelumnya Pangkalan Udara Cililitan pada 1952 ini.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan Bambang S. Ervan mengatakan pihaknya akan menggelar rapat bersama sejumlah pihak termasuk TNI AU guna mengkoordinasikan operasional Halim.

“Mudah-mudahan akhir pekan ini bisa dirumuskan bersama. Kami akan undang TNI AU, semua pihak terkait,” katanya.

Bambang menegaskan jangan salah arti mengenai Kepmen No.369/2013 yang terbit April lalu bahwa pembatasan 21 penerbangan per jam dialokasikan 80% bagi maskapai berjadwal dan 20% non berjadwal.

“Itu 80% hanya dari 21 pergerakan per jam, bukan dari keseluruhan penerbangan, itu pun 21 pergerakan sudah masuk yang eksisting yang dia pakai AOC 135 [pesawat berkapasitas di bawah 30 seat], lalu nanti juga ada general aviation.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya