“Aja, aja ngono kuwi, keliru…” suara si siswa perempuan, sebut saja Lady Cempluk, terdengar memelas.
”Dikandhani kok ngeyel… Dijejegke sik, lagi dilebokke,” suara si laki-laki, sebut saja Tom Gembus. Jon Koplo deg-degan, pikirane sing ora-ora.
“Gimana sih kok malah miring-miring?” suara Lady Cempluk. ”Posisimu sing salah…” sambungnya.
“Awas… Awas… Awaaas….! Halaaah, muncrat ta…!” teriak Tom Gembus histeris. ”Wadhuh… Metu kabeh ki! Gupak kabeh ta, tekan jobin barang...” lanjut Tom Gembus masih dengan nada tinggi.
“Kamu sih, sudah dibilangi kalau posisimu keliru, durung mlebu malah muncrat…” sahut Lady Cempluk dengan nada jengkel.
“Ya sudah, diulangi lagi. Tapi kamu yang di bawah ya?” lanjut Lady Cempluk
“Sik-sik-sik…ben ngadeg dhisik,” suara Tom Gembus terdengar memelas.
Dengan darah mendidih karena menahan amarah mendengar percakapan kedua siswanya, Jon Koplo yang sedari tadi hanya berdiri dibalik pintu langsung mak bedunduk, njedhul.
“He, apa yang sedang kalian lakukan?!” tanya Jon Koplo mengagatkan Gembus dan Cempluk.
“Mengisi tinta spidol, Pak…!” jawab Tom Gembus. Rupanya mereka berdua sedang piket kelas dan mendapatkan tugas mengisi tinta ke spidol boardmaker. Jon Koplo menarik napas lega, kemudian berkata, ”Ya sudah, lanjutkan,” katanya sambil melangkah pergi.
Ch Erni Kartikawati, SMKN 4 Klaten, Jl Mataram Belangwetan, Klaten Utara, Klaten