Solopos.com, BREBES — Kecamatan Bumiayu di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah dikenal sebagai surganya wanita cantik. Nama daerah ini diberikan oleh Amangkurat II yang saat itu masih bergelar Adipati Anom Kesultanan Mataram Islam.
Sebutan bumine wong ayu alias tempatnya wanita cantik yang disematkan Amangkurat II ini bukan omong kosong belaka. Salah satu wanita cantik asal Bumiayu adalah penyanyi kenamaan di era 1970-an, yaitu Titik Sandhora.
Promosi BRI Kantor Cabang Sukoharjo Salurkan CSR Senilai Lebih dari Rp1 Miliar
Dihimpun dari Wikipedia, Jumat (11/3/2022), wanita pelantun Halo Sayang ini lahir dengan nama Oemijati di Desa Bentar, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, 20 Januari 1954.
Titiek dikenal melalui serangkaian penampilan duetnya bersama sang suami, Muchsin Alatas. Mereka adalah gambaran pasangan selebritas yang serasi pada zamannya. Popularitas Titiek semakin naik di era 1970an karena banyaknya stasiun radio yang bermunculan dan memutar lagu-lagunya. Karena sering diputar di radio-radio saat itu, Titiek Sandhora dan suaminya menjadi pasangan duet paling populer.
Baca juga: Bukit Bintang Baturraden, Saksi Bisnis Esek-Esek di Purwokerto
Karier Titik Sandhora
Awal karier Titiek dalam bernyanyi bermula pada akhir 1960-an, tepatnya tahun 1968. Saat itu dia melantunkan tembang-tembang berbahasa Jawa milik Waldjinah, salah satunya adalah Walang Kekek. Lewat suara merdunya dan parasnya yang cantik, Titiek Sandhora bahkan berhasil menyaingi reputasi Waldjinah.
Dilansir dari berbagai sumber, Titiek semakin berjaya seiring kemasyuran lagu Merantau, sebuah lagu yang berkisah tentang kerinduan pada kampung halaman karya Yasir Syam. Selain Yasir Syam, rupanya Titiek juga pernah dipoles karirnya oleh komponis-komponis handal lainnya, salah satunya Yessy Wenas yang menuntut kemapuan Titiek untuk bernyanyi dengan gaya centil dan manja melalui lagu Si Jago Mogok dan Tante Cerewet.
Baca juga: Profil Bumiayu, Bumine Wong Ayu di Brebes
Namun yang berhasil menujukan identitas kuatnya adalah Yasir Syam melalui lagu-lagu bertema sendu, seperti Putus Cinta di Batas Kota. Karena lagu itu pula, suara Titiek berkembang vibrasinya yang dikenal memiliki memili kekhasan seperti penyanyi berbahasa Mandarin. Awalnya dianggap aneh tapi lama kelamaan, suara khas Titiek itu diikuti oleh penyanyi-penyanyi lainnya.
Puncak kejayaan karirnya bermula di awal era 1970an saat dia bertemu dengan mantan kekasihnya yang sekarang menjadi suaminya, Muchsin Alatas. Bersama pria asal Makasar tersebut, mereka berduet dan mencetak tembang-tembang andalan, seperti Halo Sayang, Dunia Belum Kiamat, Hatiku Hatimu, Pertemuan Adam dan Hawa, serta Jangan Marah.
Baca juga: Asale Bumiayu, Bumine Wong Ayu yang Siap Berpisah dari Brebes
Selain sukses dalam duetnya bersama Muchsin, Titiek juga meraih kesuksesan lewat karir solonya melalui tembang-tembang seperti Keagungan Tuhan, Termenung dan Mustika. Titiek menikah dengan Muchsin pada 1972 dan dari pernikahannya, mereka dikaruniai tiga orang anak, yang diberi nama Bobby Sandhora, Beby Sandhora dan Bella Sandhora.
Hingga saat ini, pernikahan mereka sudah 50 tahun dan sudah memiliki sejumlah cucu, mereka masih menunjukan keromantisan setiap kali diundang di acara talkshow.