Tisunya Orang

Habis kuliah, perut ngintir-intir, Jon Koplo dan Tom Gembus mampir di sebuah warung makan dekat kampusnya di daerah Kentingan, Solo. Sesampai di warung mereka segera memesan menu kesukaan mereka, lele bakar. Suasana di warung makan saat itu tidak terlalu ramai, hanya ada Jon Koplo, Tom Gembus dan serombongan cewek-cewek yang sepertinya usianya lebih tua dari mereka.

Pesanan pun datang dan dengan lahap dua sohib kita ini menghabiskan makanannya dalam waktu singkat. Segelas teh manis juga telah dihabiskan dengan cepat.

Promosi Komeng The Phenomenon, Diserbu Jutaan Pemilih Anomali

Setelah itu mereka mencuci tangan di mangkuk yang sudah disediakan. Sambil mencuci tangan, Jon Koplo tampak toleh-toleh mencari sesuatu. “Mbus, enek tisu ora?” tanyanya.

“Kuwi, cedhake mbak-mbake,” jawab Gembus sambil mengarahkan wajahnya, menunjukkan di mana tisu berada.

Jon Koplo pun mengambil tisu tersebut sambil berkata, “Permisi Mbak, tisunya saya ambil,” ujarnya. Serentak mbak-mbak tadi menoleh dan ada salah seorang yang menjawab sambil nyengir, “Ya, Mas.”

Maka dalam sekejap tisu gulung itu sudah berada di tangan Koplo. Dan dengan PD-nya Koplo dan Gembus menggunakan tisu cukup banyak, untuk mulut, tangan, leher dan jidat. Sesekali mbak-mbak tadi melihat kea rah mereka, tapi Koplo dan Gembus cuek saja.

Tak berapa lama mbak-mbak tadi berdiri, sepertinya akan meninggalkan warung. Salah satu dari mereka menghampiri Koplo dan Gembus sambil berkata, “Maaf, Mas, tisunya saya ambil. Ini tisu saya…”

“Mak glodhak! Koplo dan Gembus kaget dan saling pandang. Sambil pasang muka malu buru-buru Koplo menjawab, ”Oh, maaf, Mbak. Saya kira tisu warung.”

Sepeninggal mbak-mbak tadi meledaklah tawa Tom Gembus. Koplo hanya bisa pringas-pringis kisinan.

Tri Lugianto, mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin, FKIP UNS Solo