SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat memimpin rapat penanganan Covid-19 di kantornya, Senin (3/8/2020). (Semarangpos.com-Humas Pemprov Jateng)

Solopos.com, SOLO — Bupati Karanganyar Juliyatmono dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjadi pembicara pada acara Tirakatan Virtual Nasional yang digelar Solopos Group, Minggu (16/8/2020) malam.

Pada kesempatan itu, dua pemimpin daerah itu mengungkapkan pandangan masing-masing tentang bagaimana menyikapi pandemi Covid-19. Juliyatmono yang akrab disapa Yuli mengungkapkan situasi pandemi seperti saat ini harus disikapi dengan kearifan lokal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Yuli memilih filosofi pagar mangkok yang merupakan potongan dari pepatah jawa, Luwih Becik Pager Mangkok, Tinimbang Pager Tembok (lebih baik pagar mangkok, daripada pagar tembok).

Solo Tambah 5 Kasus Positif Corona, 2 Di Antaranya Bapak-Anak Asal Banjarsari

Konsep pagar mangkok, seperti diungkapkan Yuli pada Tirakatan Virtual Nasional bertema Menempa Semangat Kebangsaan di Tengah Pandemi itu, adalah hubungan harmonis antartetangga sekitar atau bisa dikatakan ketahanan lingkungan.

Dari ketahanan lingkungan yang baik akan menyokong ketahanan nasional. “Semangat gotong royong ini lah yang kami ambil. Ayo bersama cek lingkungannya, apakah ada yang kekurangan? Jangan sampai ada yang tidak mendapatkan bantuan. ASN, pegawai BUMD, kami wajibkan cek lingkungan. Lewat filosofi ini, sampai saat ini saya belum mendapat laporan ada yang sampai kekurangan pangan atau kebutuhan sehari-hari,” kata dia.

Menggarap Sektor Pertanian

Kendati begitu, Juliyatmono mengakui Pandemi menurunkan daya beli masyarakat. Usaha mikro, kecil, dan menengah menjerit lantaran barang dan jasanya kehilangan pelanggan.

Perempuan Madiun Positif Covid-19 Karantina Mandiri Di Rumah, Ibunya Ikut Tertular

Dalam hal itu, salah satu solusinya menurut Yuli adalah menggarap sektor pertanian agar kembali diminati anak muda dan pemerintah membantu memasarkan produknya. “Ini yang perlu didorong. Bagaimana agar daya beli masyarakat muncul di tengah Pandemi. Tapi, tidak perlu panik. Optimistis adalah modal kita,” beber Juliyatmono.

Sementara itu, Gubernur Ganjar Pranowo dalam Tirakatan Virtual Nasional itu mengatakan Pemprov sudah mengadopsi filosofi kearifan lokal tersebut lewat program Jogo Tonggo atau Jaga Tetangga. Gerakan tersebut berarti saling menjaga antartetangga.

4 Orang Positif Covid-19, Muncul Klaster Pernikahan di Nguter Sukoharjo

“Jaga kesehatan tetangga dengan tidak keluar rumah, dengan mengenakan masker, dengan menjaga jarak, jaga perekonomian tetangga dengan membeli produk-produk mereka. Selain itu, saling berbagi sumber pangan dari hasil panen masing-masing yang terus diputar agar perekonomian masyarakat terus berjalan,” kata dia.

Ganjar menyebut ada dua hal yang wajib dilakukan semua pihak di masa pandemi Covid-19. Pertama, great reset atau tata ulang besar-besaran dan great research atau penelitian besar-besaran.

Tata Ulang Besar-Besaran

Menurutnya, selama lima bulan pandemi berlangsung, berbagai karakter di masyarakat muncul. Mulai dari yang cepet menerima, sedang, hingga bebal. Dari situ, muncul pula respons yang beragam.

Foto-Foto Paskibraka Indrian Puspita Ramadhani, Cantiknya Bikin Meleleh

“Untungnya Indonesia tidak chaos seperti negara lain. Saya tidak tahu apakah ini merupakan imbas kebiasaan gotong royong yang diajarkan leluhur turun menurun. Minimal relasi kemanusiaan ini muncul antarmasyarakat yang boleh dibilang great reset. Mereka yang awalnya mencaci, menolak, lalu mereka bersimpati dengan membuat gerakan sosial beramai-ramai untuk tolong menolong,” ucapnya dalam Tirakatan Virtual Nasional tersebut.

Hal serupa juga terjadi di dunia pendidikan. Mulai dari PAUD hingga bangku perkuliahan tengah melakukan tata ulang besar-besaran. Sementara di saat yang sama, metode pendidikan antara satu dengan yang lain tak bisa disamakan.

Upacara HUT RI Di Sritex Sukoharjo: Biasanya Diikuti Ribuan Karyawan, Tahun Ini Hanya 99 Orang

Seorang tunanetra, misalnya, tak bisa melakoni pembelajaran jarak jauh (PJJ) lantaran harus menulis menggunakan huruf Braile. “Kalau dibahas bersama seluruh segmen terkait, kita mungkin bisa mencari solusi. Lengkap, dari sosial maupun pendidikan,” kata Ganjar.

Tata Ulang Bidang Penelitian

Tata ulang tersebut menjadi hal yang mutlak dilakukan, termasuk di bidang penelitian. Sebagai negara yang besar, Indonesia belum bisa memproduksi ventilator, masker, dan hazmat. Seharusnya, seluruh daftar itu bisa dimasukkan untuk menjadi bahan penelitian utama.

Salut! Pekerja Proyek Di Wonogiri Berhenti Kerja Dan Beri Hormat Saat Detik-Detik Proklamasi

Jika sudah mampu memproduksi peranti tersebut maka Indonesia layak disebut negara berdikari atau berdiri di kaki sendiri.

“Vaksin bikin sendiri, dong. Kita itu punya laboratorium canggih. Atau paling tidak mempercepat laju laboratorium pemeriksaan Covid-19. Makanya, Indonesia memanggil putra terbaiknya untuk memberikan sumbangsih pada penelitian-penelitian tersebut,” ucap Ganjar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya