SOLOPOS.COM - Kepala Balai Bahasa Jateng, Ganjar Harimansyah, saat mengisi webinar, Sabtu (27/11/2021). (Balai Bahasa Jateng)

Solopos.com, SEMARANG – Profesi penerjemah bahasa mendapat tantangan berat pada era digital seperti saat ini. Peran penerjemah bahasa mulai digantikan dengan teknologi.

Meski demikian, menurut Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Dr. Ganjar Harimansyah, peran penerjemah bahasa tidak bisa serta merta digantikan teknologi digital. Penerjemah bahasa memiliki hati Nurani yang diungkapkan lewat bahasa, yang tidak bisa digantikan oleh mesin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disampaikan Ganjar saat menjadi pembicara dalam webinar bertema Peran Penerjemah di Era Digital, Sabtu (27/11/2021). Webinar yang digelar mahasiswa Program Studi (Prodi) Sastra Inggris Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang dan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) itu juga menghadirkan dosen Sastra Inggris Unimus, Dian Hardianti, dan dosen Universitas Darwan Ali, Andra Fakhrian.

Baca juga: Balai Bahasa Jateng Gelar Festival Tunas Bahasa Ibu 2021

Ganjar mengatakan saat ini dunia dihadapkan dengan tantangan perkembangan digital yang pesat. Perkembangan itu memiliki dampak positif dan negatif. Banyak sektor yang akhirnya tergerus dan tersingkirkan oleh teknologi digital.

“Menjadi seorang penerjemah haruslah memahami dan mengaplikasikan semua konten digital ke dalam pekerjaan mereka. Meski teknologi semakin maju dan mulai mendominasi kehidupan manusia, hati nurani manusia yang diungkapkan lewat bahasa tidak akan tergantikan oleh mesin,” kata Ganjar, dalam keterangan tertulis yang diterima Solopos.com, Senin (29/11/2021).

Sementara itu, Diana Hardianti menyatakan bahwa saat ini manusia dihadapkan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan era globalisasi yang menjadikan tidak ada sekat antarmanusia. Keakuratan dari mesin penerjemah yang bekerja dengan algoritma tentu masih memiliki beberapa kekurangan dalam menerjemahkan bahasa.

“Terjemahan mesin penerjemah berbeda dengan terjemahan seorang penerjemah yang dapat menentukan konteks bahasa. Membedakan budaya, baik itu budaya timur maupun barat, tidak dapat dilakukan oleh mesin penerjemah,” jelas Diana.

Baca juga: Balai Bahasa Jateng Ajak Guru Aktif Kelola Media Massa Sekolah

Andra Fakhrian mengatakan bahwa teknologi sebenarnya dapat dijadikan sahabat jika para penerjemah dapat mengombinasikannya sesuai dengan kebutuhan. “Dengan alat bantu ini diharapkan kualitas hasil terjemahan akan semakin baik,” tandasnya.

Andra menjelaskan bahwa menjadi seorang penerjemah memerlukan keahlian, di antaranya, pemahaman membaca dengan baik, menulis, dan juga memahami budaya. “Penerjemah harus mengetahui bagaimana cara  menerjemahkan sesuai dengan target bahasa dan menentukan gaya bahasa yang sesuai dengan situasi dan kondisi, baik formal maupun nonformal,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya