SOLOPOS.COM - Ilustrasi gejala demensia alzheimer. (Freepik).

Solopos.com, SOLO – Setiap orang tentu tidak ingin masa tuanya mengalami demensia alzheimer yang mengganggu memori atau daya ingatnya. Sebenarnya ada hal-hal yang bisa dilakukan untuk menekan potensi terjadinya demensia alzheimer tersebut.

Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit (RS) JIH Solo, dr. R. Aj. Hanindia Riani P, Sp.S., mengatakan adanya beberapa tips yang bisa dilakukan seseorang agar terhindar dari alzheimer. Hanya, tips tersebut tidak bisa diterapkan secara mendadak saat sudah menginjak usia lanjut atau lansia.

“Ada beberapa tips, tapi tips ini harus dilakukan sedini mungkin,” kata dia dalam Health Talk yang disiarkan di Youtube RS JIH Solo.
Tips pertama adalah dengan menjalankan pola hidup sehat. Kedua yakni dengan rutin melakukan olahraga. Sedangkan tips ketiga adalah dengan mengonsumsi makanan bergizi.

Menurutnya tips tersebut harus dilakukan agar terhindar dari hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung dan lainnya. Apalagi saat ini di pasaran banyak sekali beredar produk-produk makanan junk food, makanan dengan pemanis buatan, minuman kaleng dan sebagainya.

Sementara bagi kalangan anak-anak atau kalangan usia produktif, biasanya ketika berhadapan dengan makanan-makanan tersebut tidak menghiraukan dampak di belakangnya. “Biasanya langsung saja beli. Padahal yang dikhawatirkan adalah efek jangka panjangnya, memicu penyakit yang berisiko berkembang ke demensia dan jika tidak tertangani dengan baik akan berkembang menjadi demensia alzheimer. Jadi memang harus diperhatikan sedini mungkin,” jelas dia.

Sedangkan bagi kalangan yang sudah teranjur berusia 50 tahun, ada baiknya untuk tetap menjalani rutinitas dengan baik. Dr. Hanindia mengatakan bagi masyarakat yang telanjur sudah menginjak usia 50 tahun, ada baiknya untuk tetap produktif.

Terkadang pada usia tersebut, dari pihak keluarga akan membatasi aktivitas orang tua, karena khawatir jatuh atau lainnya. “Sebenarnya jika orang tua kita masih sehat, tidak masalah [melakukan aktivitas]. Kadang gejala ini muncul saat memasuki masa pensiun. Sebelumnya ketika belum pensiun memiliki banyak aktivitas, begitu pensiun aktivitasnya berkurang drastis,” lanjut dia.

Pada usia lanjut atau lansia, seseorang harus memiliki rutinitas yang dijalankan setiap harinya. Terkadang, kalangan lansia terjebak, misalnya dengan menonton televisi dari pagi sampai sore. Menurutnya itu sangat tidak disarankan, sebab otak seseorang perlu dirangsang terus menerus.

Aktivitas merawat hobi, bersosialisasi dengan tetangga, ikut kegiatan arisan, pengajian, itu dapat dilakukan. Sebab menurutnya, semakin banyak bertemu orang, kemudian ada tukar informasi atau pikiran, itu akan berdampak baik dalam meningkatkan kepercayaan diri seorang lansia. “Selain itu mendekatkan diri kepada Tuhan, itu pasti, akan menambah pengendalian emosi yang lebih baik,” kata dia.

Rekomendasi
Berita Lainnya