SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Para ibu memang rentan menjadi objek penghakiman. Baik dari kalangan keluarga, rekan, pasangan, maupun orang asing. Namun sebagai orang tua, kita paling berhak menentukan keputusan konsep pengasuhan anak.

Penghakiman belakangan tidak cuma terjadi di dunia nyata. Namun mulai merembet ke dunia maya. Contoh nyatanya dari selebritas yang kerap dikritik ketika mengunggah foto anak mereka di internet. Namun ada juga dari kalangan lingkar pertemanan yang tak terlalu akrab.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

University of Michigan melakukan riset dengan melibatkan responden dari 475 ibu dengan anak di bawah usia lima tahun di Amerika Serikat. Hasilnya cukup mencengangkan. Mayoritas dari mereka mengalami penghakiman baik di dunia maya maupun nyata.

Sebanyak 61% responden dikritik cara mereka membesarkan buah hatinya. Topik kritikan paling umum adalah soal kedisiplinan. Selain itu juga soal nutrisi dan gizi anak. Baru disusul persoalan jam tidur, ASI kontra susu formula, keamanan anak, dan pengasuhan.

Kendati beberapa kritik ada yang membangun, sebanyak 62% responden mengaku dapat masukan yang tidak berfaedah buat keluarganya. Mereka menganggap kritik atau masukan tersebut terlalu menyalahkan cara dan konsep membesarkan anak.

Berdasarkan studi tersebut, anggota keluarga terdekat jadi kelompok penebar teror mom-shaming paling intens. Kebanyakan ibu menerima kritikan dari orang tuanya sendiri sampai mertua.

“Banyak ibu merasakan kritikan sebagai serangan. Padahal mereka ingin didukung bukan dikritik,” ulas peneliti, seperti dilaporkan Psychologytoday.com, baru-baru ini.

Dampak dari penghakiman terhadap para ibu tersebut, dari hasil riset menunjukkan ibu jadi tidak yakin dengan keputusan pola asuhnya. Padahal sebagai orang tua, kita wajib teguh terkait pilihan terbaik bagi buah hari kita.

Agar tak terjebak dalam keadaan gamang atau sedih atau merasa gagal sebagai orang tua, kita perlu membentengi diri supaya tidak terjebak dalam konflik batin tersebut. Berikut sejumlah kiat yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi mom shaming.

1. Terima kenyataan bahwa penghakiman adalah keniscayaan bagi orang tua. Jadi, lebih baik siapkan mental ekstra untuk mendengar masukan atau kritikan dari sekeliling yang tidak pernah kita harapkan.

2. Pahami bahwa beberapa orang merasa lebih baik ketika sudah menghakimi atau mengkritik orang lain. Ibu atau mertua kita misalkan, ada kalanya mereka ingin pendapatnya atas pengasuhan buah hati kita dipertimbangkan.

3. Saring kuping atau mata kita dari informasi atau masukan yang kadang tidak sesuai dengan prinsip kita. Untuk menghindari konflik, kita cukup asal tahu saja dan jangan dimasukkan dalam hati.

4. Ada kalanya mom shaming berhubungan dengan rasa ketidakamanan seseorang. Bisa jadi itu juga cara mereka mengoreksi rasa bersalah pribadinya agar kita tidak terjebak di kesalahan sejenis.

5. Bertahan dengan barisan pendukung dan minimalkan waktu interaksi dengan lingkaran yang hobi menghakimi atau mengkritisi.

6. Terimalah kenyataan bahwa tidak ada segala sesuatu yang sempurna. Setiap orang tua pasti membuat kesalahan. Kadang juga sedikit berantakan. Jangan terpengaruh dari kiriman atau unggahan foto keluarga teman atau relasi. Tidak semua yang tampak sempurna di media sosial seperti kenyataan aslinya.

7. Gunakan humor untuk menghadapi penghakiman. Alih-alih terjebak dalam perdebatan yang berujung konflik, hadapi saja dengan cara yang lebih rileks.

8. Orang yang hobi menghakimi boleh jadi tidak tahu benar keluarga kita. Mereka tidak paham sejarah atau konsep pemikiran kita. Yakin kalau kita lebih tahu buah hati kita ketimbang mereka. Jangan lupa percaya diri dan mantab dengan setiap keputusan terbaik bagi anak kita. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya