SOLOPOS.COM - Ilustrasi mendaki gunung (Basarnas.go.id)

Tips mendaki gunung ini mengulas beberapa penyakit yang bisa mengancam para pendaki.

Solopos.com, SOLO — Aktivitas mendaki gunung menjadi salah satu kegiatan favorit bagi sejumlah orang yang senang dengan olahraga ekstrim. Saat mendaki gunung, ada baiknya para pendaki mengantisipasi enam penyakit yang akan dibahas dalam tips kali ini.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Sebagaimana Solopos.com himpun dari pelbagai sumber, Rabu (29/7/2015), setidaknya ada enam penyakit yang bisa menghinggapi para pendaki dan menjadi ancaman serius untuk keselamatan nyawa pendaki.

1. Hipotermia
Berdasarkan himpunan informasi dari Wikipedia, Rabu, Hipotermia adalah kondisi tubuh seseorang yang kesulitan mengatur suhu badannya ketika berada di lingkungan bersuhu dingin. Penderita hipotermia memiliki suhu badan di bawah 35o celcius. Sebagaimana kita ketahui, suhu normal manusia berada di kisaran 36,5-37,5o C.

Ketika seseorang terjangkit hipotermia, tubuhnya akan kehilangan suhu panas dan secara otomatis tubuhnya memberi respons untuk menyeimbangkan produksi panas tubuh.

Penderita hipotermia ringan akan menunjukkan gejala seperti berbicara melantur, kulit menjadi sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, tekanan darah menurun, dan terjadi kontraksi otot. Semua gejala tersebut adalah bentuk usaha tubuh dalam menghasilkan panas.

Sementara pada penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi melemah. Pelemahan respirasi ini ditandai dengan tarikan napas penderita yang makin minim, sekitar 3-4 kali bernapas per satu menit.

Untuk penderita hipotermia parah, penderita bisa sampai pingsan, badan kaku, pupil mengalami dilatasi atau pelebaran, dan pernapasan sangat lambat bahkan nyaris tidak tampak bernapas.

2. Hipoglikemi
Berdasarkan informasi yang Solopos.com himpun dari laman blogger Pecintaalam.net, hipoglikemi didefinisikan sebagai kondisi tubuh saat kadar gula dalam darah menjadi rendah.

Kadar gula dalam darah yang rendah ini bisa terjadi pada pendaki gunung jika kekurangan perbelakan makanan yang mengandung zat gula. Suhu dingin pegunungan bisa mempengaruhi penurunan cadangan zat gula dalam tubuh.

Penderita hipoglikemi menunjukkan beberapa gejala, seperti keringat dingin, penglihatan menjadi kabur, kehilangan kemampuan untuk bergerak, kejang, jantung berdebar, cemas, gelisah, bingung bahkan tidak sadarkan diri.

3. Frosbite
Sebagaimana Solopos.com kutip dari laman Nlm.nih.gov, Rabu, frosbite atau radang dingin adalah kondisi kerusakan yang terjadi pada kulit dan jaringan di bawahnya karena suhu dingin yang ekstrim. Secara umum, penderita radang dingin ini mengalami pembekuan pada bagian tubuh tertentu.

4. Dehidrasi
Dehidrasi adalah kondisi tubuh yang kekurangan cairan. Penyebab dehidrasi bisa bermacam-macam, seperti kurang air minum, berolahraga berat sehingga terlalu banyak mengeluarkan keringat, kekurangan natrium, cuaca yang terlalu panas hingga cuaca yang terlalu dingin.

Saat cuaca sangat dingin, pendaki gunung memerlukan cairan lebih banyak untuk menjaga suhu panas dalam tubuhnya. Ketika berada di lingkungan yang sangat dingin, tubuh akan bereaksi lebih cepat untuk membuang cairan dalam bentuk urin. Maka dari itu, sangat penting bagi para pendaki untuk memastikan perbekalan air cukup selama perjalanan naik gunung.

5. Acute Mountainering Sickness
Dihimpun Solopos.com dari laman blogger spotdokter, Rabu, Acute Mountainering Sickness (AMS)atau yang biasa disebut mountain sickness bisa dialami pendaki gunung ketika tubuh kesulitan beradaptasi dengan lingkungan pegunungan yang cenderung berkadar oksigen dan tekanan udara lebih rendah dari dataran rendah.

Pada tingkat ekstrim, penderita AMS bisa kekurangan aliran oksigen ke otaknya sehingga mengakibatkan halusinasi. Namun, jika penderita AMS masih di tingkat ringan, si penderita akan mengalami pusing kepala, penurunan nafsu makan, sulit tidur, dan sakit perut.

6. Angin Duduk
Angin duduk atau yang juga disebut angina pektoris adalah penyakit jantung iskemia. Penyakit ini didefinisikan sebagai berkurangnya pasokan oksigen dan menurunnya aliran darah ke dalam miokardium, yaitu lapisan otot jantung memompa darah ke seluruh tubuh.

Gangguan kesehatan angin duduk ini bisa terjadi karena suplai oksigen yang turun sementara kebutuhan oksigen meningkat. Ketika berada di lingkungan bersuhu dingin, oksigen cenderung rendah. Inilah mengapa, para pendaki disarankan untuk berada dalam kondisi tubuh fit saat naik gunung agar bisa beradaptasi dengan suhu rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya