SOLOPOS.COM - Ilustrasi penghitungan keuangan (Dok. Solopos.com)

Solopos.com, JAKARTA — Pengelolaan keuangan keluarga bukanlah hal yang mudah, bahkan hal ini acap kali menjadi sumber pertengkaran antara suami dan istri. Maklum saja, sebagaimana dikatakan Rheza Karyanto, Assistant Vice President Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Products Commonwealth Bank Indonesia, uang adalah sesuatu yang sensitif, apalagi jika dikaitkan dengan kehidupan rumah tangga.

“Persoalan rupiah ini biasanya berawal dari perbedaan kebiasaan mengelola dilanjutkan dengan saling merasa benar dan berakhir dengan pertengkaran,” ujarnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Rabu (16/10). Supaya hal ini tidak terjadi, dia membahas satu per satu tipsnya membangun fondasi RUMAH. Berikut ini penjelasannya:

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

R = Rekening Kebutuhan Rumah Tangga

Rekening bersama atau pisah? Ini kerap dibahas pasangan baru, terutama jika masing-masing punya penghasilan sendiri. Apapun pilihannya, yang penting adalah adanya keterbukaan dan perencanaan bersama. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran yang semakin tinggi, seperti untuk biaya anak sekolah, dan lain-lain.

Ekspedisi Mudik 2024

Berdasarkan survei, banyak pasangan yang merasa menggabungkan rekening atau joint account merupakan solusi yang lebih mudah. Jika pemasukan dijadikan satu, kita akan lebih mudah memantau pemasukan dan pengeluaran.

U = Utang

Sumber prahara rumah tangga selanjutnya adalah utang. Masing-masing individu tentu memiliki pendapat yang berbeda tentang besaran utang. Alangkah baiknya sebelum menikah diskusikan  masalah ini dahulu, sebab utang pasangan akan jadi utang kita juga nantinya.

Pertimbangkan perjanjian pisah harta. Jangan beranggapan buruk tentang perjanjian ini yang berguna untuk melindungi aset kita dari utang pasangan.  Tindakan berjaga-jaga diperlukan apalagi jika pasangan atau kita berutang pada rentenir yang menggunakan kekerasan untuk menagih.

M = Monitor

Menjalankan rumah tangga tak ubahnya dengan mengatur perusahaan. Kita perlu memonitor, membuat standar keberhasilan dan pencapaian agar terhindar dari kecurigaan. Jangan sampai kita menuduh pasangan boros gara-gara uang bulanan kerap habis.

Biasakan duduk bersama memutuskan alokasi uang. Utamakan untuk menyiapkan kebutuhan primer seperti sewa rumah, cicilan rumah, biaya makan, listrik, telepon, air, kesehatan, sekolah, dan transportasi. Lanjutkan dengan kebutuhan pribadi, pakaian, salon, rekreasi, pariwisata, dan pembelian barang mewah. Buatlah daftar his dan her lalu negosiasikan jumlahnya.

A = Anggaran Dana Darurat

Milikilah dana darurat sejumlah 3-6 bulan dan letakkan pada deposito atau tabungan yang memiliki likuiditas tinggi alias bisa diambil sewaktu-waktu. Jangan diambil untuk pengeluaran pribadi karena dana inilah yang kelak akan menyelamatkan kita dari beragam bencana seperti PHK, sakit, atau lainnya sehingga keuangan rumah tangga tidak guncang.

H= Harus Investasi Teratur

Jika kebutuhan primer sudah tercukupi, utang dilunasi, dan dana darurat terpenuhi, mari pikirkan investasi. Sisihkan dari awal menerima pendapatan dan pilihlah instrumen investasi yang tepat. Reksa dana bisa menjadi salah satu pilihan karena bisa dimulai dari jumlah sangat terjangkau Rp.100 ribu. Biasakan memiliki satu rencana investasi untuk setiap tujuan keuangan misalnya pensiun, pendidikan anak, dan sebagainya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya